TATA
CAHAYA DALAMMULTIMEDIA
1.
Pengertian
Tata Cahaya
Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan mempergunakan peralatan
pencahayaan agar kamera mampu melihat obyek dengan jelas, dan menciptakan ilusi
sehingga penonton mendapatkan kesan adanya jarak, ruang, waktu dan suasana dari
suatu kejadian yang dipertunjukkan dalam suatu
pementasan. Seperti halnya mata manusia,
kamera video membutuhkan cahaya yang cukup agar bisa berfungsi secara efektif.
Dengan pencahayaan penonton akan bisa melihat seperti apa bentuk obyek, di mana
dia saling berhubungan dengan obyek lainnya, dengan lingkungannya, dan kapan
peristiwa itu terjadi.
Kerja
kamera elektronik sangat dipengaruhi oleh sistem pencahayaan . Hal ini sesuai
dengan karakter sistem proses perekaman gambar oleh kamera elektronik, sehingga
masalah-masalah mengenai tata cahaya sangatlah penting peranannya dalam sebuah
kegiatan perekaman gambar.
Cahaya
menurut sumbernya dibedakan dalam Cahaya bersumber dari alam, seperti cahaya
matahari ( natural light/daylight) dan Cahaya yang diciptakan atau bersumber
dari lampu, api (artifisial light/tungsten)
Sumber cahaya itu sendiri mempunyai karakteristik jenis cahaya dan
intensitas cahaya yang bermacam-macam. Kita abaikan dulu permasalahan ini, kita
coba untuk memperlakukan sebuah sistem yang aplikatif terhadap kerja
kamera.Seperti teori dasar tata cahaya. Dalam setiap pengambilan gambar
dipengaruhi oleh kondisi tata cahaya yang ada, apapun kondisinya tetapi
hasilnyapun juga mengikuti kondisi tata cahaya tersebut. Namun untuk mendapatkan
hasil yang lebih maksimal maka kita dapat mengikuti teori dasar tata cahaya
yang berlaku, walaupun pada praktek kerja kita
dapat mengembangkan kreasi kita sesuai keinginan dan hasil yang akan
dicapai.
KUALITAS CAHAYA
a. Hard
light
Disebut dengan cahaya keras yang dihasilkan dari sumber cahaya
dengan intensitas yang tinggi, cahaya lebih bersifat spot. Menghasilkan
kekontrasan yang tinggi dan bayangan yang keras (gelap – terangnya).
b. Soft
Light
Disebut juga cahaya yang lembut karena dihasilkan dari sumber terpendar
dan halus biasanya cahaya yang dipancarkan adalah flood dan dibarengi dengan
filter atau elemen penghalus pemendaran cahaya.Kontras yang dihasilkan lebih
tipis sehingga bayangan yang dihasilkan juga tidak keras.
Cahaya berdasarkan konsep dasar pencahayan dapat dibedakan :
a. Natural
Light
Cahaya
natural yang sumber cahaya dalam satu frame atau adengan maupun scene bersumber
dari cahaya yang bersifat natural. Misalnya cahaya pagi hari dari sebelah timur
(key). Maka shot-shot dalm scene tersebut key lightnya dari arah yang sama.
c. Pictorial
Light/Arificial Light
Cahaya
yang bersifat artistik atau ciptaan. dibentuk sesuai kebutuhan artistik, mood
sebuah adegan atau scene. Jadi arah sumber cahaya (key) dapat berubah-ubah
sesuai dengan kebutuhan artistic gambar atau mood dari adegan tersebut.
Direction of Light
Pencahayaan
yang dibedakan berdasarkan arah cahaya dan jatuhnya cahaya ke subjek dapat
dibedakan:
a. Top
Light
Cahaya
yang datang dari arah atas subjek, sebagai ambient/base light juga menciptakan
suasana tertekan pada subjek.
b. Eye
Light
Cahaya yang ditujukan pada
posisi mata subjek guna untuk menguatkan kekuatan yang dimunculkan dari
mata.
c.Accent
Light
Cahaya
yang dibuat sebagai aksen diluar subjek untuk menciptakan kedalaman dan mood
tertentu. Biasanya ditujukan pada background
Color Temperature (Suhu
Warna)
Suhu cahaya yang berbeda akan menghasilkan suhu warna yang
berbeda pula. Lampu neon memberikan cahaya berwarna hijau kebiru-biruan, lampu
tangsten halogen menghasilkan warna kuning kemerah-merahan, sinar cahaya
matahari memancarkan warna putih kebiru-biruan.
Perbedaan ini sebenarnya karena adanya perbedaan derajad suhu
warna yang diukur dalam Derajad Kelvin.
Semakin rendah derajad Kelvin, maka suhu warnanya kemerah-merahan
sedangkan semakin tinggi derajad Kelvinnya maka suhu warna cenderung
kebiru-biruan.
Daftar derajad Kelvin
dengan sumber cahaya
10.000 Kelvin
|
Langit biru
|
9.000 Kelvin
|
Langit mendung
|
7.000 Kelvin
|
|
5.600 Kelvin
|
Cahaya matahari (DAY LIGHT)
|
4.900 Kelvin
|
Lampu Neon
|
4.200 Kelvin
|
2 jam setelah matahari terbit/
Sebelum terbenam (TUNGSTEN)
|
3.800 Kelvin
|
1 Jam setelah matahari terbit
|
3.200 Kelvin
|
Lampu halogen
|
2.800 Kelvin
|
Lampu Pijar
|
2.200 Kelvin
|
Matahari terbit/terbenam
|
1.600
Kelvin
|
Cahaya Matahari
|
Jika kita melihat matahari atau lampu buatan manusia lainnya, maka
cahaya yang dihasilkan adalah pijar putih atau kuning. Jadi cahaya tersebut
merupakan perpaduan dari beberapa HUE dalam spektrum.Apabila berbeda sumber
pencampurannya maka akan menghasilkan campuran yang berbeda pula yang ditangkap
oleh mata manusia.
2.
PRINSIP DASAR TATA CAHAYA
Ini
sudah menjadi rumusan atau formula dasar sebuah pencahayaan dalam produksi
video, film, dan foto. Tiga poin penting itu terdiri atas : Key Light, Fill Light, Back
Light
a. Key Light
Pencahayaan
utama yang diarahkan pada objek. Keylight merupakan sumber pencahayaan paling
dominan. Biasanya keylight lebih terang dibandingkan dengan fill light. Dalam
desain 3 poin pencahyaan, keylight ditempatkan pada sudut 45 derajat di atas subjek.Fill Light
b. Fill light
Pencahayaan pengisi, biasanya digunakan untuk
menghilangkan
bayangan objek yang disebabkan oleh key light. Fill light ditempatkan
berseberangan dengan subyek yang mempunyai jarak yang sama dengan keylight.
Intensitas pencahyaan fill light biasanya setengah dari key light.
c. Back Light
Pencahayaan
dari arah belakang objek, berfungsi untuk meberikan dimensi agar subjek tidak
“menyatu” dengan latar belakang. Pencahyaan ini diletakkan 45 derajat di
belakang subyek. Intensitas pencahyaan backlight sangat tergantung dari
pencahayaan key light dan fill light, dan tentu saja tergantung pada subyeknya.
Misal backlight untuk orang berambut pirang akan sedikit berbeda dengan
pencahayaan untuk orang dengan warna rambut hitam.
3.
Fungsi tata cahaya
Tata cahaya yang hadir di atas panggung dan
menyinari semua objek sesungguhnya menghadirkan kemungkinan bagi sutradara,
aktor, dan penonton untuk saling melihat
dan berkomunikasi. Semua objek yang
disinari memberikan gambaran yang jelas kepada penonton tentang segala sesuatu yang akan dikomunikasikan. Dengan cahaya, sutradara dapat menghadirkan ilusi imajinatif. Banyak hal yang bisa dikerjakan bekaitan dengan peran tata cahaya tetapi fungsi dasar tata cahaya ada empat, yaitu penerangan, dimensi, pemilihan, dan atmosfir (Mark Carpenter, 1988).
- Penerangan. Inilah fungsi paling mendasar
dari tata cahaya. Lampu memberi penerangan pada pemain dan setiap objek yang
ada di atas panggung. Istilah penerangan dalam tata cahaya panggung bukan hanya
sekedar memberi efek terang sehingga bisa dilihat tetapi memberi penerangan
bagian tertentu dengan intensitas tertentu. Tidak semua area di atas panggung
memiliki tingkat terang yang sama tetapi diatur dengan tujuan dan maksud
tertentu sehingga menegaskan pesan yang hendak disampaikan melalui laku aktor
di atas pentas.
- Dimensi. Dengan tata cahaya kedalaman
sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi dapat diciptakan dengan membagi sisi
gelap dan terang atas objek yang disinari sehingga membantu perspektif tata
panggung. Jika semua objek diterangi dengan intensitas yang sama maka gambar
yang akan tertangkap oleh mata penonton menjadi datar. Dengan pengaturan
tingkat intensitas serta pemilahan sisi gelap dan terang maka dimensi objek
akan muncul.
- Pemilihan. Tata cahaya dapat dimanfaatkan
untuk menentukan objek dan area yang hendak disinari. Jika dalam film dan
televisi sutradara dapat memilih adegan menggunakan kamera maka sutradara
panggung melakukannya dengan cahaya. Dalam pementasan tertentu, penonton secara
normal dapat melihat seluruh area panggung, untuk memberikan fokus perhatian
pada area atau aksi tertentu sutradara memanfaatkan cahaya. Pemilihan ini tidak
hanya berpengaruh bagi perhatian penonton tetapi juga bagi para aktor di atas
pentas serta keindahan tata panggung yang dihadirkan.
- Atmosfir. Yang paling menarik dari fungsi
tata cahaya adalah kemampuannya menghadirkan suasana yang mempengaruhi emosi
penonton. Kata “atmosfir” digunakan untuk menjelaskan suasana serta emosi yang
terkandung dalam peristiwa lakon.Tata cahaya mampu menghadirkan suasana yang
dikehendaki oleh lakon. Sejak ditemukannya teknologi pencahayaan panggung, efek
lampu dapat diciptakan untuk menirukan cahaya bulan dan matahari pada
waktu-waktu tertentu. Misalnya, warna cahaya matahari pagi berbeda dengan siang
hari. Sinar mentari pagi membawa kehangatan sedangkan sinar mentari siang hari
terasa panas. Inilah gambaran suasana dan emosi yang dapat dimunculkan oleh
tata cahaya
Keempat fungsi pokok tata cahaya di atas tidak berdiri sendiri. Artinya,
masing-masing fungsi memiliki interaksi (saling mempengaruhi). Fungsi
penerangan dilakukan dengan memilih area tertentu untuk memberikan gambaran
dimensional objek, suasana, dan emosi peristiwa. Gambar berikut memperlihatkan
interaksi fungsi pokok tata cahaya.
Selain keempat fungsi pokok di atas, tata cahaya
memiliki fungsi pendukung yang dikembangkan secara berlainan oleh masing-masing
ahli tata cahaya. Beberapa fungsi pendukung yang dapat ditemukan dalam tata
cahaya adalah sebagai berikut.
-
Gerak. Tata cahaya tidaklah statis.
Sepanjang pementasan, cahaya selalu bergerak dan berpindah dari area satu ke
area lain, dari objek satu ke objek lain. Gerak perpindahan cahaya ini mengalir
sehingga kadang-kadang perubahannya disadari oleh penonton dan kadang tidak. Jika
perpindahan cahaya bergerak dari aktor satu ke aktor lain dalam area yang
berbeda, penonton dapat melihatnya dengan jelas. Tetapi pergantian cahaya dalam
satu area ketika adegan tengah berlangsung terkadang tidak secara langsung
disadari. Tanpa sadar penonton dibawa ke dalam suasana yang berbeda melalui
perubahan cahaya.
-
Gaya. Cahaya dapat menunjukkan gaya
pementasan yang sedang dilakonkan. Gaya realis atau naturalis yang mensyaratkan
detil kenyataan mengharuskan tata cahaya mengikuti cahaya alami seperti
matahari, bulan atau lampu meja. Dalam gaya Surealis tata cahaya diproyeksikan
untuk menyajikan imajinasi atau fantasi di luar kenyataan seharihari. Dalam
pementasan komedi atau dagelan tata cahaya membutuhkan tingkat penerangan yang
tinggi sehingga setiap gerak lucu yang dilakukan oleh aktor dapat tertangkap
jelas oleh penonton.
-
Komposisi. Cahaya
dapat dimanfaatkan untuk menciptakan lukisan panggung melalui tatanan warna
yang dihasilkannya.
-
Penekanan. Tata
cahaya dapat memberikan penekanan tertentu pada adegan atau objek yang
dinginkan. Penggunaan warna serta intensitas dapat menarik perhatian penonton
sehingga membantu pesan yang hendak disampaikan. Sebuah bagian bangunan yang
tinggi yang senantiasa disinari cahaya sepanjang pertunjukan akan menarik perhatian
penonton dan menimbulkan pertanyaan sehingga membuat penonton menyelidiki
maksud dari hal tersebut.
-
Pemberian tanda. Cahaya berfungsi untuk memberi tanda selama pertunjukan berlangsung.
Misalnya, fade out untuk
mengakhiri sebuah adegan, fade in untuk memulai adegan dan black out sebagai
akhir dari cerita. Dalam pementasan teater tradisional, black out biasanya
digunakan sebagai tanda ganti adegan diiringi dengan pergantian set
- Peralatan Tata Cahaya
Kerja
tata cahaya adalah kerja pengaturan sinar di atas pentas. Kecakapan dalam
mendisitribusi cahaya ke atas pentas sangat dibutuhkan. Dengan peralatan tata
cahaya, kontrol atau kendali atas distribusi cahaya itu dikerjakan. Penata
cahaya perlu mengendalikan intensitas, warna, arah, bentuk, ukuran, dan kualitas
cahaya serta gerak arus cahaya. Semua kendali itu bisa dimungkinkan
karena adanya peralatan tata cahaya yang memang dirancang untuk tujuan
tersebut. Penguasaan peralatan wajib dipelajari oleh penata cahaya.
a.
Bohlam
Bohlam (bulb,
lamp) adalah sumber cahaya. Bagian-bagian dari bohlam terdiri atas envelope,
filament, dan base (Gb.204). Envelope adalah cangkang yang terbuat dari gelas
kaca atau kwarsa untuk melindungi komponen dari udara dan mencegahnya dari
kebakaran.
Gb.204 Bohlam
Filament
merupakan komponen yang mengubah panas listrik menjadi cahaya. Ukuran dan
bentuknya bermacam-macam disesuaikan dengan ketahanan panas dan hasil cahaya
yang dinginkan. Karena filament menghasilkan cahaya dari panas maka ia juga
menjadi lemah karena panas sehingga mudah rusak. Oleh karena itu pemasangan dan
pelepasan bohlam hendaknya dilakukan dengan hati-hati apalagi ketika kondisinya
sedang menyala. Base, adalah dasaran untuk meletakkan bohlam pada dudukan yang
sesuai dan merupakan komponen yang menghubungkan filament dengan arus listrik.
Jenis dan bentuk base berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan dudukan yang
disediakan pada masing-masing jenis dan merk lampu dari pabrikan tertentu.
Gambar di atas memperlihatkan aneka ragam bentuk bohlam. Hampir semua bohlam dibuat terpisah dengan reflektornya tetapi pada lampu PAR bohlam dibuat satu unit dengan reflektor dan lensa sehingga jika bohlam mati maka semua unit komponennya harus diganti. Pada dasarnya jenis bohlam lampu panggung ada tiga yaitu; tungsten, tungsten-halogen, dan discharge. Tungsten digunakan untuk lampu di bawah 1000 watt. Tungsten-halogen untuk lampu 1000 watt ke atas. Sedangkan discharge adalah lampu yang hanya bisa dioperasikan secara manual seperti lampu followspot. Penggunaan jenis bohlam ini didasari pada ketahanan material menahan panas tinggi dalam kurun waktu yang lama. Karena bekerja dengan panas, maka kualitas bohlam menurun seiring penggunaan waktu dan batas waktu hidupnya (lifetime) telah ditentukan (terbatas).
b.
Reflektor dan Refleksi
Untuk memancarkan
cahaya dari bohlam ke objek yang disinari dibutuhkan reflektor. Cahaya yang
hanya berasal dari bohlam sinarnya kurang kuat dan tidak terarah pancarannya.
Dengan reflektor maka pancaran cahaya yang berasal dari bohlam dapat
ditingkatkan, diatur, dan diarahkan. Lampu panggung menggunakan tiga jenis
reflektor yaitu; ellipsoidal, spherical,
dan parabolic. Reflektor ellipsoidal berbentuk lengkungan setengah elips
(lonjong) yang mengelilingi lampu sehingga mencipatkan efek pancaran tiga
dimensi. Jarak masing-masing sisinya terhadap sumber cahaya tetap. Karena
bentuknya tersebut cahaya yang dihasilkan oleh reflektor ellipsoidal memiliki
dua focal point (tittik temu fokus cahaya). Focal point 1 berasal dari titik
fokus sumber cahaya (bohlam) kemudian memantul kembali ke reflektor yang hasil
refleksinya membentuk titik focal point 2 baru kemudian menyebar (Gb.206).
Reflektor spherical memiliki bentuk sisi yang
membulat. Jenis reflektor ini memancarkan seluruh cahaya langsung dari titik
focal point ke reflektor yang merefleksikannya kembali melalui focal point
tersebut sebelum memencar. Jika dibuat garis lingkaran imajiner maka panjang
cahaya yang ditempuh masing-masing garis cahaya adalah sama. Gambar 207
memperlihatkan refleksi cahaya melalui reflektor spherical.
Gb.207
Reflektor spherical
Reflektor
parabolic memiliki bentuk sisi parabola. Reflektor jenis ini merefleksikan
cahaya langsung dari atau melalui focal point kemudian menyebar secara paralel
membentuk cahaya yang diameternya hampir sama dengan diameter reflektor
(Gb.208). Dengan demikian, diameter cahaya yang dihasilkan sangat tergantung
dengan diameter reflektor. Contoh lampu sehari-hari yang menggu-nakan reflektor
parabolic adalah lampu senter.
Gb.208 Refleksi
prabolic
Selain
refleksi yang dihasilkan melalui reflektor, cahaya juga akan mengalami refleksi
setelah menyentuh objek penyinaran. Refleksi cahaya yang memantul setelah
mengenai objek dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu specular, diffuse,
spread, dan mixed. Refleksi specular (seperti cermin) memantulkan arah cahaya
tanpa mengubah besaran cahaya alami dari sumbernya (Gb.209).
Gb.209
Refleksi specular
Refleksi
diffuse terjadi ketika cahaya yang mengenai permukaan objek memantul dengan
pendar yang merata ke segala arah (Gb.210). Contoh dari refleksi diffuse adalah
ketika cahaya diarahkan ke sebuah lukisan dua dimensi.
Gb.210
Refleksi diffuse
Refleksi
spread sama seperti refleksi diffuse tetapi persentase masingmasing garis
cahaya tidak sama. Cahaya yang mengenai objek dengan intensitas lebih tinggi
garis cahayanya akan memendar dan direfleksikan lebih panjang dari yang lain
(Gb.211). Contoh refleksi spread adalah
ketika cahaya mengenai gumpalan aluminium foil.
Gb.211
Refleksi spread
Refleksi
mixed, merupakan refleksi campuran dari diffuse dan specular. Beberapa garis
cahaya dipendarkan secara merata ke segala penjuru arah tetapi sebagian garis
cahaya dipantulkan seperti cermin (Gb.212). Contoh refleksi mixed adalah ketika
cahaya menyinari gagang pintu dari logam, jam tangan emas, atau lantai kayu
yang mengkilat.
Gb.212 Refleksi mixed
c.
Lensa
Cahaya
memerlukan pembiasan atau pembelokan sehingga besar kecilnya ukuran cahaya bisa
diatur. Alat yang digunakan untuk membiaskan cahaya adalah lensa yang terbuat
dari gelas kaca atau semacam plastik. Ada tiga jenis lensa yang digunakan dalam
lampu panggung, yaitu lensa plano convex, fresnel, dan pebble convex. Lensa
plano concex sisi luarnya berbentuk cembung (kurva) dan memiliki permukaan yang
halus (Gb.213). Lensa yang biasa disebut
sebagai PC ini digunakan untuk membentuk lingkaran cahaya yang garis tepinya
jelas kelihatan (hard edge). Ukuran dan ketebalan lensa sangat tergantung dari
ukuran dan intensitas hasil cahaya yang dikehendaki.
Gb.213 Lensa
planno convex
Lensa fresnel
adalah lensa yang permukaannya membentuk cetakan bergerigi (Gb.214). Lampu yang
menggunakan lensa ini akan menghasilkan lingkaran cahaya yang garis tepinya
lembut (soft edge). Ketebalan lensa fresnel lebih tipis dari lensa PC. Garis
lembut lingkaran cahaya yang dihasilkan memungkinkan untuk pencampuran warna
pada area penyinaran. Sedangkan lensa pebble convex memiliki permukaan luar
sama dengan lensa PC tetapi sisi dalamnya bergerigi seperti fresnel (Gb.215). Lensa
ini sering juga disebut sebagai step lens. Karakter Cahaya yang dihasilkannya
berada di antara PC dan fresnel.
Gb.214 Lensa
fresnel
Gb.215 Lensa
pebble convex
d.
Lampu
Istilah lampu
yang digunakan di sini tidak mengacu pada kata lamp tetapi lantern. Kata lamp
diartikan sebagai bohlam dan lantern sebagai lampu dan seluruh perlengkapannya
termasuk di dalamnya bohlam. Istilah lantern digunakan sebagai pembeda antara
lampu panggung terhadap lampu rumahan.
Dalam lampu panggung ada terdapat banyak jenis lampu. Akan tetapi,
secara mendasar dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu flood dan spot. Flood
memiliki cahaya dengan sinar yang menyebar sedangkan spot memiliki sinar yang
menyorot terarah. Semua lampu memiliki keistimewaan tersendiri dalam menghasilkan
cahaya. Perkembangan teknologi lampu panggung terkadang menghasilkan sesuatu
yang baru dengan mengkombinasikan prinsip dan unsur yang ada di dalamnya. Tugas utama dari lampu panggung adalah
menghadirkan cahaya, warna, dan bentuk yang dapat disesuaikan dan diarahkan
menurut kebutuhan.
1.
Floodlight
Bentuk paling
sederhana dalam khasanah lampu panggung adalah floodlight (Gb.216). Bohlam dan
reflektor diletakkan dalam sebuah kotak yang dapat diarahkan ke kanan dan ke
kiri serta ke atas dan ke bawah untuk mengatur jatuhnya cahaya. Tidak ada
pengaturan khusus lain yang bisa dilakukan seperti pengaturan bentuk, ukuran
sinar, dan fokus. Sifat menyebar dari sinar cahaya yang dihasilkan membuat
besaran area yang disinari tergantung dari jarak lampu terhadap objek.
Gb.216 Lampu
floodlight
Karena
keterbatasannya, lampu flood tidak
efektif digunakan untuk menyinari aktor. Sifatnya yang mengandalkan jarak
membuat sinar cahaya mengabur pada objek yang jauh letaknya. Luas area
penyinaran lampu flood sangat tergantung
dari besarnya watt dan reflektor yang
digunakan.
Jadi, lampu flood standar dengan kekuatan 1000 watt mampu menyinari area yang
lebih luas dibandingkan yang berkekuatan 500 watt. Penggunaan lampu flood
efektif untuk menyinari backdrop (siklorama) atau objek tertentu dengan jarak
dekat. Lampu flood yang menggunakan watt besar dan dikhususkan untuk menyinari
backdrop disebut cyc-light
Gb.217
Cyc-light
Lampu flood
dapat dikombinasikan dengan merangkai beberapa lampu dalam satu wadah
(compartment). Warna diatur sedemikian rupa sehingga dalam satu kotak terdapat
beberapa lampu yang memiliki warna sama. Beberapa lampu flood yang dirangkai
dalam satu kotak dan digantung di atas panggung ini disebut dengan batten atau
striplight
Gb.218 Batten
atau striplight
Fungsi lampu
ini adalah untuk menyinari backdrop atau siklorama dari atas. Tetapi jika
rangkaian tersebut diletakkan di bawah pada panggung depan dengan tujuan untuk
menyinari aktor dari bawah disebut dengan footlight. Jika rangkaian ini
diletakkan di bawah tetapi tidak di bagian depan panggung dengan tujuan untuk
menyinari backdrop atau objek tertentu dari bawah disebut dengan groundrow.
2. Scoop
Lampu scoop adalah lampu flood yang menggunakan reflektor ellipsoidal dan
dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. Sinar cahaya
yang dihasilkan memancar secara merata
dengan lembut (Gb.219). Lampu scoop ada beberapa jenis yang dirancang
khusus untuk bohlam tertentu. Ada yang menggunakan bohlam pijar biasa ada yang
menggunakan bohlam tungsten. Tetapi secara
umum, scoop dapat menggunakan bohlam pijar dan tungsten-halogen. Lampu ini
sangat efisien untuk menerangi areal tertentu yang terbatas. Karakter cahayanya
yang lembut membuat lampu scoop sangat ideal untuk memadukan warna cahaya.
Selain digunakan untuk panggung teater dan teater boneka, scoop juga digunakan untuk televisi, studio
photografi, dan gedung yang membutuhkan penerangan khusus seperti museum.
Gb.219 Lampu
scoop
3.
Fresnel
Fresnel merupakan lampu spot yang memiliki garis
batas sinar cahaya yang lembut. Lampu ini menggunakan reflektor
spherical dan lensa fresnel (Gb.220). Karena karakter lensa fresnel yang
bergerigi pada sisi luarnya maka bagian tengah lingkaran cahaya yang dihasilkan
lebih terang dan meredup ke arah garis tepi cahaya. Pengaturan ukuran sinar
cahaya dilakukan dengan menggerakkan bohlam
dan reflektor mendekati lensa. Semakin dekat bohlam dan reflektor ke lensa maka
lingkaran sinar cahaya yang dihasilkan semakin besar. Sifat lingkaran cahaya
yang lembut memungkinkan dua atau lebih lampu fresnel memadukan warna cahaya
pada objek atau area yang disinari. Kekurangan dari lampu fresnel adalah
intensitas cahaya tertinggi ada pada pusat lingkaran cahaya sehingga jika
seorang aktor berdiri agak jauk dari pusat lingkaran cahaya maka ia kurang
mendapat cukup cahaya.
Lampu fresnel dibuat dengan berbagai
macam variasi ukuran lensa dan kekuatan (daya) seperti yang terlihat dalam
gambar 221. Ukuran lensa dan kekuatan daya mempengaruhi hasil pencahayaan.
Gb.220 Bagan
lampu fresnel
Diameter lensa
dan daya yang kecil menghasilkan jarak penyinaran yang tidak jauh.
Artinya, ia tidak bisa menyinari objek
yang jauh. Setiap lampu memiliki jarak cahaya minimum dan maksimum. Jika
pengaturan lampu melebihi jarak yang ditetapkan maka cahaya yang dihasilkan
menjadi tidak fokus (buram) atau terlalu terang.
Gb.221
Berbagai macam lampu fresnel
Selain itu,
karena sifatnya yang sedikit menyebar maka jika jarak lampu terlalu jauh dari
objek sebaran cahayanya akan menerobos ke objek lain. Karena sifatnya ini,
lampu fresnel tidak tepat jika dipasang di baris depan panggung proscenium
(apron) karena sebaran cahayanya bisa menerangi bingkai panggung. Fresnel lebih
efektif di pasang untuk menyinari panggung tengah.
4.
Profile
Lampu profile
termasuk lampu spot yang menggunakan lensa plano convex sehingga lingkaran
sinar cahaya yang dihasilkan memiliki garis tepi yang tegas. Dengan mengatur
posisi lensa, maka lingkaran sinar cahaya bisa disesuaikan. Jika lampu profile
dalam keadaan fokus maka batas lingkaran cahaya akan jelas terlihat dan jika
tidak fokus batas lingkaran cahayanya akan mengabur meskipun tidak selembut
lampu fresnel. Lampu profile digunakan karena besaran lingkaran cahaya dan
derajat penyinarannya bisa diatur sedemikian rupa. Selain bentuk sinar cahaya
yang melingkar lampu profile dapat membentuk cahaya secara fleksibel dengan
bantuan shutter. Shutter atau penutup cahaya ini terpasang di empat sisi (atas,
bawah, kanan, dan kiri). Dengan mengatur posisi shutter ini maka bentuk cahaya
yang dinginkan dapat dikreasikan.
Di Amerika
lampu ini disebut ERS (Ellipsoidal Relfector Spotlight) atau lampu spot yang
menggunakan relfektor ellipsoidal. Dapat juga disebut lekolite atau leko (di
Indonesia sering disebut lampu elips atau profil). Lampu ERS generasi
pertama menempatkan bohlam 45 derajat
dari garis axis (poros bumi), reflektor, dan posisi lensa (Gb.222). Lampu ini
disebut ERS radial. Lampu ERS modern menempatkan bohlam sejajar dengan axis dan
sistem optik. Lampu ini disebut ERS Axial (Gb.223). Jika penempatan bohlam
tidak sejajar atau presisi antara focal point dan reflektor maka efisiensi dan
keserasian cahayanya akan terganggu.
Gb.222 Bagan
lampu ERS radial
Gb.223 Bagan
lampu ERS axial
Berbagai
bentuk dan ukuran lampu profil dibuat untuk kepentingan pencahaayan panggung
(Gb.224). Namun lampu profil atau ERS ini pada dasarnya hanya memiliki tiga
jenis lampu, yaitu standard, bifocal,
dan zoom. Lampu standar menggunakan satu lensa. Pengaturan fokusnya dengan
mendekatkan lensa ke bohlam. Untuk mengatur bentuk cahaya terdapat shutter yang
dapat mengatur bentuk cahaya secara fleksibel. Di depan shutter ada slot untuk
iris yang dapat mengatur cahaya berbentuk melingkar. Slot untuk iris ini juga
dapat digunakan untuk menempatkan gobo (plat metal bermotif yang dapat
meproyeksikan cahaya sesuai gambar motif yang ada).
Gb.224
Berbagai jenis lampu profil (ERS)
Lampu bifocal
adalah lampu profil standar yang ditambahi dengan shutter tambahan. Shutter
tambahan ini diletakkan di luar fokus sehingga lampu dapat menghasilkan
lingkaran cahaya yang tegas dan lembut sekaligus. Seiring perkembangan, lampu
bifocal sudah tidak diterbitkan lagi. Sedangkan lampu zoom menggunakan dua
lensa plano convex yang dipasang secara berhadapan (belly to belly). Lensa yang
pertama mengatur fokus (seperti pada lampu profil standar) dan lensa yang kedua
untuk mengatur ukuran lingkar sinar cahaya (GB.225). Kombinasi lensa yang
dilakukan pada lampu standard dan bifocal dapat mengubah ukuran lingkaran sinar
cahaya tetapi bagaimanapun juga kemungkinannya terbatas.
Gb.225 Bagan
lampu profil
Dengan lampu
zoom ukuran lingkaran sinar cahaya dapat diatur pada sebarang titik (nilai)
antara minimal dan maksimal hanya dengan menggeser tombol atau pegangan (knob)
yang telah disediakan.
Gb.226 Bagan
lampu profil zoom
Pada jenis
standar dan bifocal hal ini harus dilakukan dengan mengganti atau mengkombinasi
lensa yang membutuhkan beberapa peralatan tambahan serta memerlukan waktu
pemasangan tersendiri. Dengan demikian penggunaan lampu ERS (profile zoom)
sangatlah efektif.
5.
Pebble Convex
Struktur lampu
ini sama dengan fresnel yaitu menggunakan reflektor spherical. Yang membedakan
adalah digunakannya lensa pebble convex. Pada mulanya, terdapat pula lampu
semacam ini dengan menggunakan lensa plano convex dan sering disebut dengan
lampu PC. Lampu PC (plano convex) tidak lagi diproduksi di Amerika dan yang
sampai sekarang masih digunakan (terutama di Eropa) adalah lampu pebble convex
atau prism convex (Gb.227). Untuk mengatur ukuran lingkaran sinar cahaya lampu
dan reflektor didekatkan ke lensa. Karena menggunakan lensa pebble convex maka
garis sinar cahaya yang dihasilkan berada di antara fresnel yang berkarakter
lembut dan profile yang berkarakter tegas. Lampu ini sangat bermanfaat ketika
garis sinar cahaya yang tegas tidak diperlukan sementara garis sinar cahaya
yang lembut terlalu kabur.
Gb.227 Lampu
pebble convex
6. Follow Spot
Lampu follow
spot sering juga disebut lime adalah lampu yang dapat dikendalikan secara
langsung oleh operator untuk mengikuti gerak laku aktor di atas panggung.
Gb.228 Lampu
follow spot
Karena
dikendalikan secara manual maka lampu ini memiliki struktur yang kuat baik secara optik maupun mekanik.
Keseimbangan diatur sedemikian rupa sehingga gerak ke atas dan ke bawah, ke
kanan dan kekiri dapat mengalir dengan baik. Pengaturan besar kecilnya ukuran
lingkaran sinar cahaya, fokus, dan warna diatur oleh pengendali. Untuk
menempatkan lampu ini diperlukan dudukan (stand) khusus yang dapat diputar dan
diatur tinggi rendahnya. Untuk lampu yang berukuran besar, stand yang digunakan
biasanya memiliki roda sehingga memudahkan dalam memindahkan lampu dari tempat
satu ke tampat lain.
Lampu follow
spot menggunakan bohlam jenis discharge yang kuat menahan panas tinggi serta
mampu menahan goncangan dan dapat menghasilkan intensitas cahaya yang tinggi.
Penggunaan bohlam discharge tidak memungkinkan lampu dikontrol secara elektrik
karena sifatnya hanya on-off dan tidak bisa diredupkan dengan dimmer. Garis
lingkaran sinar cahaya sangatlah jelas terlihat. Lampu ini biasanya mengikuti
atau menyorot seorang aktor secara khusus dalam areal yang khusus.
7.
PAR
PAR atau dapat
juga ditulis dengan par adalah lampu yang bohlam, reflektor, dan lensanya
terintegrasi. Par merupakan singkatan dari parabolic aluminized reflector.
Dengan demikian unit lampu par menggunakan lensa parabolik. Karena lampu par
adalah berbentuk satu kesatuan (unit) maka ukuran sinar cahayanya tidak dapat
disesuaikan kecuali dengan mengganti lampunya. Ukuran diameter dan watt lampu
par bermacam-macam. Yang umum digunakan adalah par 36, 38, 46, 56, dan 64.
Gb.229
Berbagai ukuran lampu par
Daya yang
digunakan berkisar antara 50 sampai dengan 1000 watt. Untuk mengukur diameter
lampu par sangatlah mudah yaitu dengan membagi nomor par dengan 8 inchi. Misalnya,
lampu par 56 memiliki diameter 7 inchi (56:8 = 7). Besaran sinar cahaya yang
dihasilkan sangat tergantung dari ukuran diameter lampunya. Sedangkan
intensitas dan jarak cahaya tergantung dari besaran dayanya. Meskipun lampu par
memungkinkan penggunaan bohlam jenis discharge tetapi umumnya untuk keperluan
panggung bohlam yang digunakan berjenis tungsten halogen.
Lampu par
ditempatkan dalam wadah (housing) yang disebut par can atau kaleng par yang
memungkinkan lampu untuk digerakkan, diarahkan, dan diberi warna. Ukuran wadah
menyesuaikan dengan ukuran lampu yang dipasang di dalamnya (Gb.230). Sinar
cahaya yang dihasilkan berkarakter lembut dan lebih berbentuk oval ketimbang
circular (melingkar). Untuk mengetahui jenis karakter serta bentuk sinar yang
dihasilkan maka lampu par menyediakan berbagai macam variasi dengan
mengkombinasikan bentuk lensa yang digunakan. Misalnya, lampu par 64
menyediakan berbagai macam variasi yang bisa dipilih, yaitu VNSP, NSP, MFL, WFL.
VSP atau Very Narrow Spot adalah lampu par yang mampu menghasilkan titik sinar
yang sangat sempit. NSP (Narrow Spot) menghasilkan sinar yang sempit. MFL
(Medium Flood) menghasilkan karakter sinar flood menengah. WFL (Wide Flood)
menghasilkan karakter sinar flood yang melebar.
Gb.230 Lampu
par dengan housing (can)
Par merupakan
lampu yang efektif dalam menghasilkan sinar. Lampu ini sering digunakan dalam
pentas pertunjukan musik indoor maupun outdoor dan mampu menghadirkan cahaya
yang kuat. Karena ukurannya telah tertentu maka pemilihan lampu par sangat
tergantung dari luas dan jarak area yang akan disinari.
8.
Efek
Lampu efek
adalah lampu yang menghadirkan cahaya khusus untuk kepentingan tertentu.
Misalnya dalam sebuah pertunjukan teater menghendaki lukisan cahaya yang penuh
fantasi maka digunakanlah lampu efek yang dapat menciptakan lukisan cahaya
tersebut. Terdapat aneka macam lampu efek , diantaranya mirror ball, moving
light, tetapi semua sangat tergantung kebutuhan dan kepentingan artistik.
Gambar 231 memperlihatkan beberapa lampu efek yang sering digunakan di atas
panggung.
Gb.231
Beberapa jenis lampu efek
9.
Practical
Yang dimaksud
dengan lampu practical adalah lampu yang digunakan sehari-hari tetapi
diperlukan dalam sebuah pementasan. Misalnya lampu belajar, lampu gantung atau
lampu hiasan dinding. Dalam pertunjukan teater yang menghadirkan latar cerita
realis yang berdasar pada kenyataan, tata panggung dibuat menyerupai keadaan
sebenarnya. Jika dalam cerita menghendaki adanya lampu gantung di satu rumah
mewah maka lampu tersebut harus dihadirkan. Jika cerita terjadi malam hari dan
lampu tersebut harus dinyalakan maka lampu gantung itupun dinyalakan. Karena
keadaan di panggung berbeda dengan kenyataan, maka tugas penata lampu adalah
mengatur teknik pencahayaan sehingga sumber cahaya seolah-olah hanya berasal
dari lampu gantung.
e.
Perlengkapan Pemasangan
Untuk memasang
lampu di atas pentas dibutuhkan berbagai macam perlengkapan pemasangan.
Perlengkapan tersebut ada yang telah terpasang secara permanen dan ada yang
dapat dipindahpindahkan. Di bawah ini akan dijelaskan perlengkapan pemasangan
lampu yang terdiri dari bar dan boom, stand, serta clamp dan bracket.
1.
Bar dan Boom
Perlengkapan
pemasangan lampu harus dibuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan berat
sejumlah lampu yang dipasang. Dalam panggung biasanya terdapat baris untuk
menggantungkan lampu yang dibuat dari pipa besi dan di ataur secara horisontal
dan vertikal. Pipa besi yang dipasang secara
horisontal ini disebut bar (di
Amerika disebut pipe), dan yang dipasang secara
vertikal disebut boom. Bar digunakan untuk menggantungkan lampu di atas
panggung yang terdiri dari beberapa baris mulai dari atas siklorama sampai ke
baris depan di atas penonton. Dalam panggung modern bar tidak dibuat statis
melainkan bisa diturunkan dan dinaikkan sehingga jarak dan sudut lampu dapat
disesusaikan dengan mudah. Berbeda dengan boom yang dipasang di sayap panggung
secara vertikal dan permanen. Fungsi boom adalah untuk memasang lampu samping.
2.
Stand
Perlengkapan
untuk menggantungkan lampu yang bisa berpindah-pindah adalah stand. Sebuah pipa
yang terbuat dari logam kuat yang dapat berdiri dengan tegak dan kuat menahan
berat lampu yang dipasang.
Gb.232 Stand
untuk follow spot dan stand berbentuk T
Stand yang
khusus dipakai untuk lampu follow spot dibuat sedemikian rupa sehingga lampu
yang dipasang di atasnya bisa digerakkan ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke
bawah secara manual. Tinggi rendah stand dapat diatur.
Selain untuk follow spot yang bentuknya berdiri
secara vertikal ada juga stand yang di atasnya dipasangi bar yang dapat
digunakan untuk menggantung lampu. Stand jenis ini disebut T-bar
stand. Dengan stand jenis ini maka lampu dapat dipasang pada tiang vertikal
ataupun horisontal. Beberapa stand yang dibuat dari besi dan berukuran besar
menggunakan roda pada kaki-kakinya agar mudah dipindahkan. Stand sangat
bermanfaat ketika boom yang terpasang secara permanen kurang memadahi atau
jaraknya tidak tepat seperti yang dinginkan.
3.
Clamp dan Bracket
Untuk
menggantungkan lampu pada bar dibutuhkan klem (clamp) sedangkan untuk
menggantungkan lampu pada boom dibutuhkan siku (bracket) yang disebut boom arm.
Kelem yang umum digunakan berbentuk leter “C” dan sering disebut dengan C-clamp
atau hook clamp. Untuk mengencangkan atau mengunci kelem ke bar digunakan
sekrup. Bentuk dan ukuran hook clamp ini bervariasi tetapi fungsinya sama saja.
Boom arm dipasang pada boom atau batang stand vertikal. Ujungnya digunakan
untuk memasang lampu.
Aneka bentuk
clamp
Boom arm model lama
Untuk
mengencangkan dan mengendorkan menggunakan skrup. Pada boom arm generasi lama
menggunakan dua plat besi yang berfungsi untuk menggapit boom dan menggunakan
dua buah sekrup untuk mengencangkannya. Hasilnya memang plat akan terkait
dengan kuat pada boom tetapi sulit ketika hendak mengatur atau menggeser
posisinya. Boom arm yang baru, menggunakan hook clamp dengan satu
Gb.235 Clamp
yang difungsikan sebagai boom arm
f.
Asesoris
Cahaya yang
dihasilkan dari lampu dapat diatur sedemikian rupa. Selain karena faktor
reflektor, bohlam, dan lensa pengaturan cahaya dapat diperkaya dengan menambah
asesoris. Di bawah ini dijelaskan asesoris yang dapat dipergunakan untuk
memperkaya pencahayaan.
1. Filter
Filter atau
color adalah plastik warna yang digunakan untuk memberi warna pada cahaya
(Gb.236). Filter adalah asesori yang paling penting untuk mengubah warna
natural cahaya yang dihasilkan lampu sesuai keinginan dengan cara memasang
filter di depan perangkat. Filter biasanya berbentuk lembaran. Jika hendak
digunakan maka harus dipotong sesuai dengan ukuran.
Gb.236 Filter
Gb.237 Filter frame
Untuk
meletakkan filter warna ke dalam lampu diperlukan bingkai khusus yang disebut
filter frame atau color frame. Ukuran bingkai ini bervariasi sesuai dengan
ukuran jenis lampu. Jadi masing-masing merek dan jenis lampu memiliki bingkai
filter tersendiri.
2.
Barndoor
Barndoor
adalah sebuah alat yang memiliki sirip atau penutup yang dapat diatur dan
disesuaikan (Gb.238). Barndoor digunakan untuk mengatur pendaran cahaya dalam
artian mencegah cahaya bocor ke areal yang tidak dinginkan.
Gb.238
Berbagai bentuk barndoor
Barndoor
memiliki empat sisi penutup yang dapat diputar dan disesuaikan posisinya pada
dudukan. Biasanya barndoor dipasang pada lampu yang menghasilkan cahaya
menyebar seperti par atau fresnel pada panggung yang berukuran kecil. Panggung
kecil memiliki areal yang terbatas sehingga penyinaran yang dilakukan dengan
menggunakan lampu berkekuatan besar menghasilkan cahaya melebihi area penyinaran.
Untuk membatasi aliran cahaya tersebut barndoor
sangat efektif difungsikan.
3.
Iris
Iris adalah
piranti untuk memperbesar atau memperkecil diameter lingkaran sinar cahaya yang
dihasilkan oleh lampu. Dengan sebuah gagang kecil yang tersedia, ukuran lingkaran
bisa disesuaikan (GB.239).
Gb.239 Iris
Piranti yang
terbuat dari metal ini sangat mudah untuk dipasang dan dicopot. Dipasang di
depan shutter. Iris biasanya dipasang pada lampu profile (ERS). Dengan bantuan
iris, seorang penata lampu dapat menyesuaikan ukuran lingkar area penyinaran
yang tepat sehingga aliran cahaya tidak bocor ke area lain.
4.
Donut
Donut (donat)
adalah pelat metal yang digunakan untuk meningkatkan ketazaman lingkar sinar
cahaya yang dihasilkan oleh lampu spot (Gb.240). Donat juga membantu
memperjelas pola atau motif gambar cahaya yang hendak dihasilkan dengan
menghilangkan pendar cahaya yang tidak diperlukan. Garis cahaya semakin jelas
dan bentuk sinar cahaya benar-benar sirkuler.
Gb.240 Donut
5.
Gobo
Gobo adalah
pelat metal yang dicetak membentuk pola atau motif tertentu (Gb.241). Jika
pelat ini dipasang pada lampu dan diproyeksikan maka cahaya akan membentuk pola
seperti yang tergambar pada gobo tersebut. Untuk memasang gobo diperlukan
bingkai atau tempat khusus yang disebut gobo holder (Gb.242).
Gb.241 Salah
satu motif gobo Gb.242 Gobo Holder
Motif atau
pola gambar pada gobo bermacam-macam. Piranti ini digunakan untuk
memproyeksikan pola cahaya tertentu yang menimbulkan efek imajinasi darimana
asal cahaya atau karena apa cahaya itu terbentuk. Misalnya pola dalam gambar
241 di atas jika disorotkan ke panggung maka akan memberikan imajinasi, bahwa
cahaya tersebut berasal dari sebuah jendela. Pada pola tertentu lainnya jika
diproyeksikan ke siklorama akan memberikan efek imajinasi yang mengagumkan,
seperti awan berserakan, daun-daun, pepohonan, gambar bangunan, dan lain
sebagainya. Penggunaan gobo sangat membantu untuk memberikan efek atau lukisan
cahaya.
6.
Snoot
Snoot atau
sering juga disebut top hat adalah piranti yang digunakan untuk mengurangi
tumpahan cahaya (Gb.243). Dengan dipasang pada bagian depan lampu maka snoot
akan memperpanjang ukuran lampu dan mempersempit sudut sinar cahaya yang
dihasilkan.
Gb.243 Snoot
Snoot sangat
efektif digunakan untuk panggung berukuran kecil dimana sinar cahaya lampu
seringkali melebar atau bocor ke area yang tidak dinginkan.
7.
Dimmer dan Kontrol
Untuk
mengkontrol intensitas cahaya dan mengatur perubahan cahaya dalam intensitas
tertentu dibutuhkan alat yang disebut dimmer. Secara sederhana sumber listrik
dialirkan ke sebuah dimmer untuk mengalirkan arus listrik ke lampu (Gb.244).
Dimmer dapat mengubah intensitas cahaya dari rendah ke tinggi atau sebaliknya
dengan mengatur panas (temperatur) yang mengalir ke filamen bohlam.
Gb.244 Bagan
instalasi dimmer
Untuk
kepentingan panggung tidak mungkin menggunakan satu dimmer untuk satu lampu.
Hal ini akan memerlukan proses lama dalam pemasangannya. Oleh karena itu dimmer
untuk lampu panggung dibuat satu unit yang dapat menampung banyak lampu dan
disebut dengan dimmer rack. Terdapat banyak jenis, ukuran dan kekuatan dimmer
rack (Gb.245). Ada dimmer rack berukuran besar dan berat yang dipasang secara
permanen di dalam sebuah gedung pertunjukan tetapi ada juga dimmer rack yang
dirancang khusus untuk pentas keliling sehingga mudah dibawa kemana-mana.
Gb.245
Berbagai jenis dimmer rack
Dengan bantuan dimmer, operasional dan
pengendalian intensitas cahaya lampu menjadi mudah. Meskipun demikian dalam
sebuah dimmer rack yang memiliki banyak channel tidak menyediakan tombol atau
alat pengendali intensiatas yang mudah diakses. Dalam dimmer generasi lama
disediakan gagang pengendali intensitas, tetapi hal ini membuat ukuran dimmer
menjadi besar. Dimmer modern tidak menyediakan pengendali tersebut selain
sebuah tombol kecil pada masing-masing channel. Untuk membantu tugas
pengendalian intensitas dibutuhkan remote control (pengendali jarak jauh).
Kontrol jarak jauh ini berupa papan atau meja yang menyediakan tombol atau
bilah pengendali intensitas atau lever yang dihubungkan ke dimmer. Jadi, ia
mengambil alih fungsi pengendali pada dimmer. Dengan demikian, rangkaian
sederhana jika digambarkan adalah sumber listrik menyediakan energi yang
dialirkan ke dimmer (power in) kemudian dialirkan keluar ke lampu (circuit out)
dan fungsi pengendali dialirkan ke remote control (Gb.246).
Gb.246 Bagan
dimmer dengan remote control
Remote control
atau pengendali jarak jauh sering disebut dengan control desk (meja pengendali)
karena harus diletakkan di atas meja untuk menggunakannya. Ukuran dan jenisnya
bermacam-macam. Ada yang dioperasikan secara manual ada juga yang sudah
menggunakan komputer sehingga bisa diprogram untuk mengendalikan intensitas
secara otomatis (Gb.247).
Gb.247 Remote
control manual dan computerize
Dalam satu
remote control terdapat bilah pengendali (lever) dan master lever yang
berfungsi sebagai pusat suplai besaran energi yang dikeluarkan. Masing-masing
lever memiliki ukuran atau besaran yang dapat dijadikan acuan untuk menaikkan
atau menurunkan intensitas cahaya (GB.248). Jika master lever diatur pada
posisi 50 persen (angka 5) maka intensitas cahaya yang dapat dikeluarkan oleh
masing-masing lever maksimal hanya 50 persen. Jika master lever diatur pada
posisi 0 maka lampu tidak akan menyala meskipun lever dinaikkan sampai 100
Gb.248 Bagan
lever pada remote control
Dengan
mengatur angka pada master dan lever maka akan didapatkan intensitas cahaya
yang dinginkan. Tabel di bawah ini dapat digunakan sebagai patokan untuk
mengatur intensitas cahaya.
Tabel4. Tabel
intensitas cahaya
Ukuran
intensitas yang dihasilkan dalam tabel ini hanyalah ukuran untuk satu atau
beberapa lampu sejenis. Ukuran intensitas bisa berubah jika lampu menggunakan
filter warna. Warna-warna yang gelap akan mengurangi intensitas cahaya yang
dihasilkan. Dengan demikian, pengaturan intensitas cahaya untuk menghasilkan
keseimbangan perlu memperhatikan jenis dan kekuatan lampu serta penggunaan
filter warna.
Penjelasan di
atas masih menyangkut remote control atau control desk yang menggunakan satu
set lever dan satu master. Jika jumlah lampu yang digunakan sedikit tidaklah
masalah tetapi lampu panggung biasanya jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Satu
meja kontrol dengan satu master dan satu set lever tidaklah cukup. Selain itu pemindahan
intensitas lampu satu ke lampu lain sangatlah rumit jika hanya menggunakan satu
set lever karena tangan pengendali harus menaikkan atau menurunkan
masing-masing lever dalam waktu yang hampir bersamaan. Untuk mengatasi hal
tersebut perangkat meja kontrol biasanya memiliki dua master atau lebih,
lengkap dengan lever-nya. Dengan meja kontrol seperti ini, pengendalian lampu
dapat dilakukan melalui proses preset.
Gb.249 Bagan
preset
Preset adalah
mengatur posisi lever pada angka (intensitas) tertentu sementara master dalam
keadaan 0. Sehingga ketika nanti dibutuhkan tinggal menaikkan angka master.
Lampu yang berada dalam deret lever akan menyala dengan intensitas sesuai angka
pada masingmasing lever. Preset ini bisa dilakukan jika master dan baris (set)
lever
lebih dari
satu. Dalam gambar di atas diperlihatkan dua set lever dan master, bagian atas
“A” dan bagian bawah “B”. Ketika bagian “A” sedang dimainkan pada posisi
tertentu, bagian “B” bisa digunakan untuk mengatur preset. Dengan menurunkan master
“B” pada angka 0 maka lever dapat diatur pada angka tertentu sesuai kebutuhan.
Hal ini tidak akan menyebabkan lampu menyala karena level master diturunkan ke
angka 0. Ketika lampu pada deret lever “A” selesai dimainkan dan hendak
diganti, maka master “B” yang lever-nya telah dipreset dinaikkan dan master “A”
diturunkan ke angka 0. Ketika master “B” dimainkan maka lever pada “A” dapat
dipreset untuk pencahayaan berikutnya. Dengan mengatur preset maka efisiensi
pengendalian lampu dapat dioptimalkan.
5.
Warna Cahaya
Setelah
mengetahui secara teknis dasar pemasangan dan pengoperasian lampu maka langkah
berikutnya adalah mengenai warna cahaya. Warna cahaya sangat berpengaruh pada
suasana panggung. Dalam pertunjukan teater realis yang meniru warna cahaya
matahari maka harus benar-benar dibedakan antara warna matahari di saat fajar,
pagi, siang, dan sore hari. Kesalahan pemilihan warna dapat berakibat fatal
berkaitan dengan latar waktu kejadian peristiwa. Misalnya, seorang pemain
mengucapkan kalimat, “Pada saat fajar menyingsing ini, aku bulatkan tekadku!”,
sementara warna cahaya yang ditampilkan adalah putih terang. Hal ini akan
menimbulkan keanehan karena matahari pada fajar hari berwarna semburat
kemerahan dan bukan putih terang.
Untuk menghindari hal tersebut perlu diteliti pemilihan warna cahaya yang
tepat sesuai dengan suasana yang dikehendaki. Warna dasar cahaya berbeda dengan
warna dasar cat atau pewarna lain. Jika cat memiliki warna dasar merah, kuning,
dan biru maka cahaya memiliki warna dasar merah, kuning, dan hijau. Warna
sekunder yang dihasilkannya pun berbeda. Merah dicampur hijau akan menghasilkan
warna kuning amber. Hijau bercampur biru menjadi biru cyan. Biru bercampur
merah menjadi magenta. Jika semua warna dicampur maka akan berubah menjadi
putih. Berbeda dengan cat, jika semua warna dicampur akan menjadi coklat tua.
Prinsip dasar warna cahaya ini perlu diketahui untuk menghindari kesalah
pemaduan warna.
a.
Pencampuran Warna
Pencampuran warna cahaya dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu additive
mixing dan subtractive mixing. Pencampuran warna additive adalah pecampuran
warna dari dua lampu berwarna berbeda dalam satu area.
Proses
pencampuran warna ini sangat efektif terutama untuk jenis lampu yang tidak
memiliki garis lingkar cahaya yang tegas seperti lampu fresnel. Pendar cahaya
yang mengabur pada sisi luar lingkar cahaya akan saling bertemu dan secara
gradual membentuk warna kedua. Warna yang efektif dicampur dalam teknik
additive adalah warna-warna primer yang akan menghasilkan warna sekunder
(Gb.252).
Pencampuran warna menggunakan teknik subtractive adalah mencampur warna
dari satu sumber cahaya (lampu) melalui dua filter warna yang berbeda.
Perhatikan gambar berikut
Subtractive
mixing
Dalam gambar di atas diperlihatkan,
filter pertama yang dipasang berwarna cyan yang merefleksikan warna biru dan
hijau serta menyerap warna merah sehingga menghasilkan warna cyan. Warna cyan
ini kemudian melalui filter berwarna kuning sehingga hasil akhirnya adalah cahaya
berwarna hijau.
Warna subtractive
Warna-warna
primer kurang efektif digunakan untuk teknik subtractive karena karakternya
yang terlalu kuat menyerap cahaya. Warna-warna sekunder lebih tepat untuk
teknik subtractive. Teknik subtractive ini biasanya digunakan untuk lampu
otomatis yang memiliki palet warna yang dapat berputar sehingga memungkinkan
dua warna bercampur
b.
REFLEKSI WARNA
Cahaya yang menyinari sebuah permukaan akan memantul atau menimbulkan
refleksi. Di atas telah dijelaskan jenis refleksi yang dapat ditimbulkan oleh
cahaya. Pada bahasan ini akan dijelaskan refleksi warna yang ditimbulkan
setelah cahaya menyinari sebuah permukaan. Jika cahaya menyinari sebuah
permukaan berwarna maka efek refleksinya sama dengan warna yang ada pada
permukaan tersebut. Warna cahaya natural adalah putih atau biasa disebut
netral. Jika warna cahaya netral menyinari permukaan berwarna merah maka akan
menimbulkan refleksi cahaya berwarna merah.
Cahaya putih
yang menerpa permukaan berwarna merah akan memantulkan warna merah
Tetapi jika
cahaya berwarna merah matang (setelah diberi filter warna) menyinari permukaan
berwarna biru pirmer, maka tidak cahaya yang direfleksikan karena permukaan
biru hanya akan merefleksikan cahaya berwarna biru (seperti gambar di atas).
Prinsipnya
adalah menggunakan warna cahaya. Cahaya putih atau netral menurut teori warna
cahaya mengandung unsur warna merah, biru, dan hijau. Jika cahaya putih
menyinari permukaan biru maka akan merfleksikan cahaya biru karena unsur warna
merah dan hijau tidak terdapat pada permukaan yang disinari.
Dengan
memahami prinsip dasar warna cahaya maka refleksi warna cahaya bisa
diperhitungkan. Cahaya putih jika menyinari permukaan kuning amber akan
memancarkan cahaya kuning amber.
Warna cahaya kuning amber adalah perpaduan antara
warna merah dan hijau. Dengan demikian warna yang terpantulkan oleh cahaya
adalah warna merah dan hijau, sedangkan warna biru terserap (Gb.257)
Gb.256 Cahaya
berwarna merah tidak akan memantulkan warna pada permukaan berwarna biru
Gb.257 Cahaya
berwarna putih akan memantulkan warna kuning amber jika menerpa permukaan yang
berwarna sama
Jika cahaya
berwarna kuning amber yang merupakan perpaduan merah dan hijau menyinari
permukaan berwarna kuning amber maka refleksi warna cahayanya adalah kuning
amber (Gb.258)
Gb.258 Cahaya
kuning amber akan memantulkan warna kuning amber jika menerpa permukaan yang
berwarna sama
Gb.259 Cahaya
berwarna merah akan memantulkan warna merah pada permukaan berwarna kuning
amber
Jika warna cahaya merah menyinari
permukaan kuning amber maka refleksi warna cahaya yang dihasilkan adalah merah
karena warna kuning amber pada permukaan mengandung warna merah (Gb.259). Jika
warna cahaya biru menyinari permukaan berwarna kuning amber maka cahaya tidak
akan merefleksi karena warna kuning amber pada permukaan tidak mengandung warna
biru (Gb.260)
Gb.260 Cahaya
berwarna biru tidak menghasilkan pantulan warna pada permukaan berwarna kuning
amber
Karena warna
cahaya dapat menghasilkan refleksi warna pada permukaan berwarna maka pemilihan
filter warna haruslah benar-benar diperhitungkan. Jangan sampai ada objek yang
menjadi nampak sangat terang sementara objek lain jadi kabur karena warna
cahaya yang dipilih tidak tepat. Untuk mendapatkan hasil terbaik, ujicoba
penyinaran warna cahaya terhadap permukaan berwarna harus sering dilakukan. Hal
ini juga berkaitan dengan bahan dasar permukaan yang akan disinari. Ada bahan
atau cat yang mampu menyerap cahaya tetapi ada juga bahan yang justru
memantulkan cahaya berlebihan. Selalu mencoba adalah hal terbaik yang dapat
dilakukan untuk mengetahui karakter warna cahaya, bahan dan warna permukaan,
dan refleksi yang dihasilkan.
c.
PENYINARAN
Prinsip dasar
penyinaran adalah membuat objek yang disinari jelas terlihat dan cahaya tidak
bocor sampai ke penonton atau bagian panggung lainnya yang tidak memerlukan
sinar. Tetapi kebutuhan adalah berdasarkan kaya panggung yang
artistik maka
penyinaran dalam panggung juga harus mampu menghadirkan efek artistik yang
dikehendaki. Dengan
mengatur sudut penyinaran efek-efek artistik bisa dimunculkan. Dalam satu
cerita atau adegan terkadang membutuhkan pencahayaan tertentu yang tidak hanya
asal terang. Misalnya, untuk menghadirkan seorang tokoh misterius dibutuhkan
penampakkan siluet, maka lampu harus diatur sedemikian rupa sehingga
menghasilkan siluet tokoh tersebut. Dengan mencoba pengaturan sudut datangnya
cahaya, maka efek tertentu akan didapatkan
Lampu yang
diarahkan langsung ke wajah aktor akan menghasilkan efek flat atau datar. Lampu
yang datang dari arah depan dengan intensitas tinggi akan menghapus bayangan
pada bagian muka. Tidak ada bayangan pada cekung mata yang mengindikasikan
kedalaman. Tidak ada bayangan pada bagian pipi yang memisahkannya dari leher.
Tidak ada bayangan pada hidung yang menunjukkan volume. Oleh karena tidak ada
bayangan sama sekali, maka wajah aktor nampak datar. Meski demikian,
pengambilan dengan sudut seperti ini terkadang dibutuhkan untuk memberi efek
cahaya berlebih sehingga orang tersebut nampak bersinar (seperti gambar berikut).
Lampu yang datang 45 derajat dari atas akan memberikan bayangan pada bagian
wajah sehingga efek tiga dimensinya terlihat (Gb.262). Dengan sudut pengambilan
seperti ini penonton paling tidak bisa menyaksikan lekuk-lekuk wajah sang
aktor. Untuk penampakan karakter dengan ketegasan lekuk wajah pengambilan dari
sudut ini bisa dimanfaatkan. Kedalaman cekung mata, penonjolan tulang pipi dan
hidung bisa dimunculkan.
Gb.262 Penyinaran lampu 45 derajat dari atas
Lampu yang datang tepat dari arah atas akan menghasilkan cahaya yang
mengalir lurus ke bawah. Wajah aktor mendapatkan sangat sedikit sinar yang
memendar dari atas kepalanya (Gb.263). Meskipun wajah hanya sedikit tersinari
tetapi efek dramatis bisa dimunculkan. Dengan lampu yang datang tepat dari arah
atas maka tidak ada bayangan disekitar aktor.
Gb.263 Penyinaran lampu dari atas
Lampu yang diletakkan di bagian bawah akan menimbulkan bayangan terbalik
secara penuh pada bagian-bagian wajah (Gb.264). Bayangan pada mata akan berubah
terang. Efek terang pada tulang pipi dan hindung akan berubah jadi gelap. Sudut
pengambilan ini dapat menciptakan efek dramatik pada wajah aktor. Karena posisi
bayangan yang terbalik tersebut membuat wajah aktor nampak lain bahkan nampak
menyeramkan.
Gb.264 Penyinaran lampu dari bawah
Lampu yang datang dari arah samping baik kanan atau kiri akan menampakkan
bagian samping tubuh dan menutupi samping tubuh yang lain (Gb.265). Dengan
sudut pengambilan ini, garis tubuh aktor akan nampak jelas. Lampu samping
sering digunakan untuk pertunjukan tari
atau teater gerak yang memang menonjolkan lekuk garis tubuh pemainnya.
Gb.265 Penyinaran lampu dari samping
Gb.266 Penyinaran lampu dari belakang atas
Lampu yang datang dari arah belakang atas akan memberikan hasil yang
berlawanan dengan lampu atas 45 derajat (Gb.266). Selain akan menerangi bagian
kepala, cahaya juga akan menyinari rambut dan bahu aktor. Pengambilan sudut ini
akan memberikan efek pemisahan antara aktor dan background. Garis cahaya yang
nampak pada rambut, dan bahu akan memberikan kesan tiga dimensi sehingga aktor
terlihat tidak menempel pada background. Banyak sudut di antara sudut
pengambilan di atas yang bisa dicobakan. Tetapi pengambilan sudut harus
mempertimbangakn efek yang ingin dicapai sehingga hasilnya benar-benar seperti
apa yang diharapkan.
·
Penyinaran Aktor
Guna menyinari aktor yang mengahadap ke penonton ada teknik dasar yang bisa
diterapkan. Selain kejelasan pencahayaan juga harus mampu menampilkan dimensi.
Untuk hasil termudah letakkan dua lampu dengan arah atas 450 (derajat)
pada masing-masing sisi dimana aktor berdiri (Gb.267). Karena sinar cahaya
lebih lebar daripada tubuh aktor maka ia bisa bergerak di seputar lingkar
cahaya dengan tetap tersinari. Kedua posisi lampu akan membentuk sudut 900
(derajat) sehingga lingkar cahaya yang dihasilkan akan mampu menyinari area
yang cukup bagi aktor untuk bergerak.
Luas ruang penyinaran yang diciptakan oleh dua lampu dan memberikan cukup
cahaya untuk aktor ini disebut area. Ukuran area ini bisa disesuaikan dengan
menggunakan lampu. Jika jarak pengambilan jauh maka area pun akan membersar
demikian juga ketika lingkar cahaya pada lampu spot diperbesar maka cakupan
sinarnya pun akan membesar. Penyinaran aktor dengan dua lampu ini menjadi
teknik dasar yang dapat diterapkan secara umum pada panggung pertunjukan.
Karena masing-masing panggung memiliki ukuran luas dan karakter yang berbeda
maka peletakan lampu pun harus menyesuaikan. Oleh karena itu, sudut pengambilan
dengan dua lampu ini pun perlu dicobakan.
Gb.267 Penyinaran aktor denganlampu 45 derajat dari dua arah
Ada panggung yang menyediakan baris bar yang memungkinkan pengambilan
dengan sudut 450, tetapi ada juga panggung yang tidak memiliki baris
bar yang memungkinkan pengambilan sudut 450. Jika terjadi hal
semacam ini maka sudut pengambilan pun bisa berubah tetapi prinsip penyinaran
aktor dengan dua lampu tetap dilaksanakan.
·
Penyinaran area
Prinsip dasar penyinaran aktor dengan dua lampu bisa diterapkan untuk
penyinaran area. Panggung pertunjukan secara umum dibagi menjadi 9 area
permainan. Dengan menerapkan prinsip di atas maka masing-masing area disinari
oleh minimal dua lampu yang diambil dari sudut 450 pada masing-masing sisinya
(Gb.268). Karena ukuran panggung yang berbeda-beda maka jarak pengambilan
antara lampu dan area yang akan disinari perlu dipertimbangkan.
Pertimbangan mendasar yang perlu diperhatikan adalah luas area yang hendak
disinari. Hal ini berkaitan dengan luas lingkar cahaya optimal yang bisa
dipenuhi oleh masing-masing lampu. Jika sudut pengambilan dan jarak yang
ditentukan kurang tepat atau berada di luar jangkauan maksimal lampu maka pendar
cahaya yang dihasilkan kabur sehingga tidak bisa memberikan kecukupan cahaya
Gb.268 Penyinaran area
Gambar di atas memperlihatkan masing-masing area mendapat penyinaran dari
dua lampu. Prinsip penyinaran ini adalah prinsip dasar. Artinya, dengan jumlah
lampu minimal seluruh area panggung bisa disinari. Dengan sistem penyinaran
semacam ini penonton dapat menangkap kejelasan objek yang ada di atas panggung.
Detil pencahayan bisa dilengkapi dengan menambah lampu yang diarahkan khusus ke
tata panggung, aktor atau objek lain di atas pentas. Setelah dipenuhinya prinsip
dasar penyinaran area maka penonjolan yang akan dilakukan melalui tata cahaya
dapat dikerjakan dengan lebih mudah.
Beberapa
penerangan buatan berwarna yang memberikan efek khusus:
· Cahaya biru
Membantu manusia untuk tidur serta menenangkan pikiran. Lampu ini baik diterapkan di ruang tidur untuk terapi insomnia serta menenangkan anak – anak yang hiperaktif
Membantu manusia untuk tidur serta menenangkan pikiran. Lampu ini baik diterapkan di ruang tidur untuk terapi insomnia serta menenangkan anak – anak yang hiperaktif
· Cahaya hijau
Memberikan efek yang sanagt baik pada saat kelopak mata dalam keadaan tertutup. Lampu hijau ini ideal untuk relaksasi dan menyeimbangkan emosi. Penggunaan lampu ini di kamar mandi berendam akan memaksimalkan relaksasi
Memberikan efek yang sanagt baik pada saat kelopak mata dalam keadaan tertutup. Lampu hijau ini ideal untuk relaksasi dan menyeimbangkan emosi. Penggunaan lampu ini di kamar mandi berendam akan memaksimalkan relaksasi
· Cahaya orange
Mengurangi depresi dan meningkatkan mood manusia. Lampu orange di ruang duduk menciptakan suasana hangat dan komunikasi yang memiliki atmosfer bersahabat. Lampu orange juga meningkatkan selera di ruang makan.
Mengurangi depresi dan meningkatkan mood manusia. Lampu orange di ruang duduk menciptakan suasana hangat dan komunikasi yang memiliki atmosfer bersahabat. Lampu orange juga meningkatkan selera di ruang makan.
· Cahaya merah
muda
Menciptakan suasana romantis dan hangat. Penggunaan lampu ini juga ideal untuk ruang tidur yang romantis atau untuk terapi rasa kesepian, tidak dicintai, atau sedih
Menciptakan suasana romantis dan hangat. Penggunaan lampu ini juga ideal untuk ruang tidur yang romantis atau untuk terapi rasa kesepian, tidak dicintai, atau sedih
·
Cahaya merah
Gelombang cahaya merah akan meningkatkan agresivitas manusia sekaligus memberikan kesan eksotis. Anda dapat menggunakan bohlam lampu merah untuk lampu meja di sisi tempat tidur. Cahaya merah juga berfungsi menghangatkan ruang yang dingin
Gelombang cahaya merah akan meningkatkan agresivitas manusia sekaligus memberikan kesan eksotis. Anda dapat menggunakan bohlam lampu merah untuk lampu meja di sisi tempat tidur. Cahaya merah juga berfungsi menghangatkan ruang yang dingin
·
Cahaya ungu
Sangat baik untuk terapi mental seperti perilaku obsesif dan neurosis. Dalam otak, sinar ini merangsang otak untuk memproduksi endorphin dalam otak yang menenangkan dan meningkatkan mood manusia. Warna lampu ini sangat membantu proses meditasi, tetapi sebaiknya digunakan dalam jangka waktu pendek. Cahaya ungu merupakan spectrum warna dari sinar matahari yang masuk ke dalam rumah.
Sangat baik untuk terapi mental seperti perilaku obsesif dan neurosis. Dalam otak, sinar ini merangsang otak untuk memproduksi endorphin dalam otak yang menenangkan dan meningkatkan mood manusia. Warna lampu ini sangat membantu proses meditasi, tetapi sebaiknya digunakan dalam jangka waktu pendek. Cahaya ungu merupakan spectrum warna dari sinar matahari yang masuk ke dalam rumah.
Kita semua
paham bahwa cahaya adalah sahabat yang harus betul-betul dimengerti oleh setiap
fotografer, tidak meng-enakan memang jika bersahabat hanya harus mengerti tanpa
bisa dimengerti he he he, tapi jangan salah, sekali kita mengerti sahabat kita
yang satu ini, dia akan memberikan hasil yang mampu membuat kita
terkagum-kagum, betapa indahnya foto yang telah kita buat.
Berbicara tentang cahaya (outdoor) tidak akan terlepas dari tiga hal, yaitu: warna cahaya, intensitas cahaya dan arah cahaya. Tetapi sebelum kita melangkah lebih jauh, saya mau membatasi tulisan ini kepada pengaruh ketiga hal itu untuk pemotretan orang (portraiture) tanpa menggunakan bantuan alat tambahan, seperti reflector, screen atau lampu. Tulisan ini juga tidak ditujukan untuk pemotretan landscape, human interest ataupun genre fotografi lainnya, meskipun prinsip-prinsip yang dipakai mempunyai kesamaan. Pembatasan ini saya fikir penting agar kita bisa fokus pada pemahaman, pengaruh apa yang dihasilkan olehnya dan bagaimana memanfaatkannya. Memanfaatkanya berarti bagaimana kita memposisikan orang sebagi subject utama foto kita pada posisi yang tepat relatif kepada matahari sebagai sumber cahaya utama, sehingga apa yang kita inginkan atau imajinasikan dari pemotretan ini bisa didapat secara memuaskan.
Warna cahaya adalah spetrum warna yang melekat bersama gelombang cahaya sehingga memantulkan warna tertentu pada subject yang terkena cahaya tersebut, pada pagi dan sore hari pantulan cahaya matahari pada subject akan meninggalkan warna kemerahan ketika tertangkap oleh kamera sedangkan pada siang hari, cahaya matahari yang terpantul pada subject akan meninggalkan warna abu-abu. Kondisi ini bisa digambarkan pada skema warna cahaya di bawah ini:
Skema 1. Warna cahaya pada rentang satu hari.
Dari skema tersebut jelas terlihat perubahan warna cahaya dalam rentang satu hari, warna Fajar berwarna merah didapatkan ketika matahari berada di batas horizon, antara jam 5 sampai jam 6, warna pagi cenderung orange berkisar antara jam 6 sampai jam 8, warna menjelang siang agak kekuningan berkisar antara jam 8 sampai jam 10 dan warna siang cenderung abu-abu antara jam 10 sampai jam 14. Lalu warna kembali berubah seperti semua dalam rentang waktu yang kira-kira sama ke arah malam hari lagi. beberapa contoh gambar berikut mungkin bisa memperkuat perbedaan warna cahaya yang terjadi pada rentang waktu tersebut.
Gambar 1 diambil pada pagi hari, sekitar jam 7 pagi, bisa kita lihat dari bayangan yang tercipta bahwa cahaya matahari langsung mengenai subject dan meninggalkan warna agak oranye. gambar 2 di ambil pada siang hari, warna yang tercipta terlihat agak abu-abu dan sedikit pucat sedangkan gambar 3 diambil pada sore hari sekitar jam 5 sore hari, cahaya matahari tidak langsung mengenai subjek tetapi warna yang ditinggal tetap agak kemerahan. Dalam teknik pencahayaan foto/video, warna yang agak kemerahan dikenal dengan warna hangat (Warm) sedangkan warna yang agak kebiruan dikenal dengan warna dingin (Cool). Warna yang tertinggal tersebut sejatinya bisa dinetralisir dengan penggunan filter atau White Balance.
Intensitas cahaya berhubungan dengan keras atau lembutnya cahaya, semakin tinggi matahari bersinar maka akan semakin keras cahayanya dan kondisi ini akan membuat perbandingan antara cahaya langsung yang memantul pada subject yang menghasilkan bidang terang (Hightlight) dengan bayangan yang dihasilkan (Shadow) akan semakin tinggi rasionya. Atau dengan kata lain semakin keras bayangan yang dihasilkannya. Sebaliknya semakin rendah matahari bersinar maka akan semakin lembut cahayanya dan dengan sendirinya rasio highlight dengan shadow akan semakin kecil. Semakin tinggi rasio antara shadow dan hightlight maka akan semakin riskan gambar kita, karena salah satu di antaranya, entah itu highlight atau shadow harus kehilangan detailnya dan ini sangat tergantung dengan dynamic range kamera yang kita gunakan.
Saat matahari rendah kita bisa langsung memotret orang dengan langsung terkena sinar matahari tetapi pada saat matahari tinggi kita tidak akan bisa menghasilkan gambar yang bagus tanpa menggunakan peralatan tambahan, atau dengan menempatkan subject berada dibalik sesuatu seperti pohon atau atap juga sehingga cahaya matahri tidak langsung mengenai subject atau bisa dengan menunggu datangnya awan. Awan bisa berfungsi sebagai softbox besar yang membuat cahaya menjadi sangat lembut yang merata namun gambar akan terasa datar/flat.
Arah cahaya berhubungan dengan datangnya sumber cahaya mengenai subjek gambar, berhubungan dengan penempatan subject pada datangnya sina matahari. Arah cahaya sangat berhubngan dengan intensitas cahaya karena pada cahaya yang terlalu keras kita tidak bisa menempatkan subject secara langsung terhadap sinar matahari karena kontrasnya terlalu tinggi, artinya harus ada bagian entah itu shadow atau highlight yang dikorbankan. beberapa gambar berikut mungkin bisa menjelaskan lebih jauh tentang pembahasan ini.
Pada Gambar 4, kita lihat efek yang dihasilkan oleh intensitas cahaya yang keras dari sinar matahari yang sudah cukup tinggi, cahaya tersebut membentuk bayangan hitam yang menghalangi sebagian wajah dan terutama mata, disamping expresi silau yg diperlihatkan oleh orang tersebut. Pada Gambar 4A, kondisinya kurang lebih sama, hanya pada gambar ini untuk mengurangi shadow pada muka maka exposure harus dinaikan, akibatnya gambar secara keseluruhan menjadi Over Exposure Dapat kita lihat, pada kondisi seperti itu, gambar yang dihasilkan sungguh tidak nyaman untuk dinikmati. Sekarang kita lihat pada gambar 5, gambar tersebut diambil pada lokasi yang sama dengan gambar 4 dan pada waktu yang berdekatan, tetapi saat gambar ini diambil, ada awan menutupi matahari sehingga cahaya menjadi merata dan lembut. Perhatikan, tidak ada lagi shadow yang keras seperti pada gambar 4, seluruh bagian subject dikenai cahaya yang sama sehingga hampir tidak ada shadow yang tercipta. Pada gambar 7, masih pada lokasi yang sama dan waktu yang juga hampir bersamaan, tetapi subject dipindahkan ke bawah dinding sehingga cahaya matahari tidak langsung mengenainya, bayangan keras tidak lagi terlihat. Gambar 8, memperlihatkan ketika matahari sore, meskipun subject terkena langsung oleh cahaya matahari namun bayangannya tidak terlalu keras sehingga bisa ditolerir dan masih masuk ke dalam range rasio shadow/highlight.
MEMANFAATKAN SUMBER CAHAYA MATAHARI SEBAGAI MAIN LIGHT UNTUK PORTRAIT.
Setelah mengetahui karakter cahaya tersebut, maka langkah selanjutnya adalah memanfaatkannya untuk membentuk light pattern (efek pencahayaan) untuk pemotretan orang (portraiture), Light pattern hanya akan tercipta jika ada cahaya utama yang mengarah langsung ke subject. Cahaya yang rata akibat kondisi berawan seperti gambar 6, tidak akan menghasilkan light pattern. kalau dipersingkat maka formulanya akan seperti ini: Light pattern bisa tercipta jika rasio Highlight/Shadow 1:2 atau lebih. kondisi flat berarti rasionya 1:1. Seperti yang kita ketahui, dalam pengambilan gambar orang untuk out door ada beberapa jenis efek pencahayaan, yang dibagi berdasarkan arah jatuhnya cahaya yang membentuk bayangan pada wajah, yaitu:
Berbicara tentang cahaya (outdoor) tidak akan terlepas dari tiga hal, yaitu: warna cahaya, intensitas cahaya dan arah cahaya. Tetapi sebelum kita melangkah lebih jauh, saya mau membatasi tulisan ini kepada pengaruh ketiga hal itu untuk pemotretan orang (portraiture) tanpa menggunakan bantuan alat tambahan, seperti reflector, screen atau lampu. Tulisan ini juga tidak ditujukan untuk pemotretan landscape, human interest ataupun genre fotografi lainnya, meskipun prinsip-prinsip yang dipakai mempunyai kesamaan. Pembatasan ini saya fikir penting agar kita bisa fokus pada pemahaman, pengaruh apa yang dihasilkan olehnya dan bagaimana memanfaatkannya. Memanfaatkanya berarti bagaimana kita memposisikan orang sebagi subject utama foto kita pada posisi yang tepat relatif kepada matahari sebagai sumber cahaya utama, sehingga apa yang kita inginkan atau imajinasikan dari pemotretan ini bisa didapat secara memuaskan.
Warna cahaya adalah spetrum warna yang melekat bersama gelombang cahaya sehingga memantulkan warna tertentu pada subject yang terkena cahaya tersebut, pada pagi dan sore hari pantulan cahaya matahari pada subject akan meninggalkan warna kemerahan ketika tertangkap oleh kamera sedangkan pada siang hari, cahaya matahari yang terpantul pada subject akan meninggalkan warna abu-abu. Kondisi ini bisa digambarkan pada skema warna cahaya di bawah ini:
Skema 1. Warna cahaya pada rentang satu hari.
Dari skema tersebut jelas terlihat perubahan warna cahaya dalam rentang satu hari, warna Fajar berwarna merah didapatkan ketika matahari berada di batas horizon, antara jam 5 sampai jam 6, warna pagi cenderung orange berkisar antara jam 6 sampai jam 8, warna menjelang siang agak kekuningan berkisar antara jam 8 sampai jam 10 dan warna siang cenderung abu-abu antara jam 10 sampai jam 14. Lalu warna kembali berubah seperti semua dalam rentang waktu yang kira-kira sama ke arah malam hari lagi. beberapa contoh gambar berikut mungkin bisa memperkuat perbedaan warna cahaya yang terjadi pada rentang waktu tersebut.
Gambar 1 diambil pada pagi hari, sekitar jam 7 pagi, bisa kita lihat dari bayangan yang tercipta bahwa cahaya matahari langsung mengenai subject dan meninggalkan warna agak oranye. gambar 2 di ambil pada siang hari, warna yang tercipta terlihat agak abu-abu dan sedikit pucat sedangkan gambar 3 diambil pada sore hari sekitar jam 5 sore hari, cahaya matahari tidak langsung mengenai subjek tetapi warna yang ditinggal tetap agak kemerahan. Dalam teknik pencahayaan foto/video, warna yang agak kemerahan dikenal dengan warna hangat (Warm) sedangkan warna yang agak kebiruan dikenal dengan warna dingin (Cool). Warna yang tertinggal tersebut sejatinya bisa dinetralisir dengan penggunan filter atau White Balance.
Intensitas cahaya berhubungan dengan keras atau lembutnya cahaya, semakin tinggi matahari bersinar maka akan semakin keras cahayanya dan kondisi ini akan membuat perbandingan antara cahaya langsung yang memantul pada subject yang menghasilkan bidang terang (Hightlight) dengan bayangan yang dihasilkan (Shadow) akan semakin tinggi rasionya. Atau dengan kata lain semakin keras bayangan yang dihasilkannya. Sebaliknya semakin rendah matahari bersinar maka akan semakin lembut cahayanya dan dengan sendirinya rasio highlight dengan shadow akan semakin kecil. Semakin tinggi rasio antara shadow dan hightlight maka akan semakin riskan gambar kita, karena salah satu di antaranya, entah itu highlight atau shadow harus kehilangan detailnya dan ini sangat tergantung dengan dynamic range kamera yang kita gunakan.
Saat matahari rendah kita bisa langsung memotret orang dengan langsung terkena sinar matahari tetapi pada saat matahari tinggi kita tidak akan bisa menghasilkan gambar yang bagus tanpa menggunakan peralatan tambahan, atau dengan menempatkan subject berada dibalik sesuatu seperti pohon atau atap juga sehingga cahaya matahri tidak langsung mengenai subject atau bisa dengan menunggu datangnya awan. Awan bisa berfungsi sebagai softbox besar yang membuat cahaya menjadi sangat lembut yang merata namun gambar akan terasa datar/flat.
Arah cahaya berhubungan dengan datangnya sumber cahaya mengenai subjek gambar, berhubungan dengan penempatan subject pada datangnya sina matahari. Arah cahaya sangat berhubngan dengan intensitas cahaya karena pada cahaya yang terlalu keras kita tidak bisa menempatkan subject secara langsung terhadap sinar matahari karena kontrasnya terlalu tinggi, artinya harus ada bagian entah itu shadow atau highlight yang dikorbankan. beberapa gambar berikut mungkin bisa menjelaskan lebih jauh tentang pembahasan ini.
Pada Gambar 4, kita lihat efek yang dihasilkan oleh intensitas cahaya yang keras dari sinar matahari yang sudah cukup tinggi, cahaya tersebut membentuk bayangan hitam yang menghalangi sebagian wajah dan terutama mata, disamping expresi silau yg diperlihatkan oleh orang tersebut. Pada Gambar 4A, kondisinya kurang lebih sama, hanya pada gambar ini untuk mengurangi shadow pada muka maka exposure harus dinaikan, akibatnya gambar secara keseluruhan menjadi Over Exposure Dapat kita lihat, pada kondisi seperti itu, gambar yang dihasilkan sungguh tidak nyaman untuk dinikmati. Sekarang kita lihat pada gambar 5, gambar tersebut diambil pada lokasi yang sama dengan gambar 4 dan pada waktu yang berdekatan, tetapi saat gambar ini diambil, ada awan menutupi matahari sehingga cahaya menjadi merata dan lembut. Perhatikan, tidak ada lagi shadow yang keras seperti pada gambar 4, seluruh bagian subject dikenai cahaya yang sama sehingga hampir tidak ada shadow yang tercipta. Pada gambar 7, masih pada lokasi yang sama dan waktu yang juga hampir bersamaan, tetapi subject dipindahkan ke bawah dinding sehingga cahaya matahari tidak langsung mengenainya, bayangan keras tidak lagi terlihat. Gambar 8, memperlihatkan ketika matahari sore, meskipun subject terkena langsung oleh cahaya matahari namun bayangannya tidak terlalu keras sehingga bisa ditolerir dan masih masuk ke dalam range rasio shadow/highlight.
MEMANFAATKAN SUMBER CAHAYA MATAHARI SEBAGAI MAIN LIGHT UNTUK PORTRAIT.
Setelah mengetahui karakter cahaya tersebut, maka langkah selanjutnya adalah memanfaatkannya untuk membentuk light pattern (efek pencahayaan) untuk pemotretan orang (portraiture), Light pattern hanya akan tercipta jika ada cahaya utama yang mengarah langsung ke subject. Cahaya yang rata akibat kondisi berawan seperti gambar 6, tidak akan menghasilkan light pattern. kalau dipersingkat maka formulanya akan seperti ini: Light pattern bisa tercipta jika rasio Highlight/Shadow 1:2 atau lebih. kondisi flat berarti rasionya 1:1. Seperti yang kita ketahui, dalam pengambilan gambar orang untuk out door ada beberapa jenis efek pencahayaan, yang dibagi berdasarkan arah jatuhnya cahaya yang membentuk bayangan pada wajah, yaitu:
a. Loop lighting, cirinya
adalah terjadinya bayangan hidung yang jatuh di atas bibir dan tidak menyatu
dengan bayangan pipi, jenis pencahayaan ini dapat digunakan pada wanita maupun
pria. Catatan: Untuk anak-anak pria dan wanita tidak menjadi soal.
Efek pencahayaan ini bisa di dapat dengan memposisikan diri kira-kira 45-50 derajat dari arah datangnya matahari dan posisi matahari kira-kira sudah lewat kepala (lihat skema).
Pada gambar 9/9A, bayangan terbentuk halus akibat cahaya yang mengenainya tidak terlalu keras, tapi masih bisa kita lihat bayangan hidung jatuh di atas bibir dan tidak menyatu dengan bayangan pipi. Pada gambar 10, kondisi bayangan terlihat lebih tegas karena cahaya yang mengenainya lebih keras dari gambar sebelumnya.
Efek pencahayaan ini bisa di dapat dengan memposisikan diri kira-kira 45-50 derajat dari arah datangnya matahari dan posisi matahari kira-kira sudah lewat kepala (lihat skema).
Pada gambar 9/9A, bayangan terbentuk halus akibat cahaya yang mengenainya tidak terlalu keras, tapi masih bisa kita lihat bayangan hidung jatuh di atas bibir dan tidak menyatu dengan bayangan pipi. Pada gambar 10, kondisi bayangan terlihat lebih tegas karena cahaya yang mengenainya lebih keras dari gambar sebelumnya.
b. Rembrant
lighting,
cirinya adalah bayangan membentuk segitiga di bawah satu mata, jenis
pencahayaan ini lebih sering digunakan pada pria karena bisa memberikan kesan
maskulin dan sedikit misterius. Efek pencahayaan ini bisa di dapat dengan
memposisikan diri kira-kira 60-70 derajat dari arah datangnya matahari dan
posisi matahari kira-kira sudah lewat kepala. Gambar 12/12A bayangan yang
terbentuk sangat halus akibat cahaya yang tidak terlalu keras, sedangkankan
gambar 11 bayangan yang terbentuk cukup tegas sehingga bisa dilihat dengan
jelas (segitiganya).
c. Split lighting, cirinya
adalah sebagian wajah berada dalam bayangan yang membelah wajah tepat di
tengah, jenis pencahayaan ini biasanya digunakan pada pria atau untuk
mendapatkan efek dramatis. Efek pencahayaan ini bisa di dapat dengan
memposisikan diri kira-kira 90 derajat dari arah datangnya matahari dan posisi
matahari kira-kira sudah lewat kepala.
d. Butterfly
lighting
atau sering juga di sebut glamour atau kadang dikenal dengan Hollywood light
pattern, pencahayaan ini membentuk bayangan sebeperti kupu-kupu di bawah
hidung, biasanya digunakan untuk wanita dengan makeup yang sudah sempurna,
artinya contour muka didapat dari penggunaan makeup dan bukan dari lighting.
Untuk mendapatkan efek ini, posisikan subject berhadapan dengan matahari saat
matahari berada di atas kepala. Gambar 15/15A memperlihatkan bayangan di bawah
hidung yang membentuk kupu-kupu. Contour wajah yang terlihat dalam gambar ini
adalah hasil dari makeup yang dilakukan dan bukan dari efek cahaya.
e.
Back Lighting, memberikan pencahayaan dari
belakang hingga batas bagian belakang menjadi berkilau, back lighting biasanya
digunakan untuk memisahkan subjek dengan Back Ground. Semakin rendah intensitas
cahayanya maka akan semakin seimbang exposure yang terjadi antara BH dengan
subjectnya. Gambar 16 memperlihatkan intensitas cahaya yang lebih tinggi
daripada gambar 17.
PRAKTEK TATA CAHAYA
Proses kerja penataan cahaya dalam suatu pementasan membutuhkan waktu yang
lama. Seorang penata cahaya tidak hanya bekerja sehari atau dua hari menjelang
pementasan. Kejelian sangat diperlukan, karena fungsi tata cahaya tidak hanya
sekedar menerangi panggung pertunjukan.
Kehadiran tata cahaya sangat membantu dramatika lakon yang dipentaskan.
Tidak jarang sebuah pertunjukan tampak sepektakuler karena kerja tata cahayanya
yang hebat. Untuk hasil yang terbaik, penata cahaya perlu mengikuti prosedur
kerja mulai dari menerima naskah sampai pementasan.
Gb.269 Prosedur kerja penata cahaya
Prosedur atau langkah kerja pada dasarnya dibuat untuk mempermudah kerja
seseorang. Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa kerja penata cahaya tidak
hanya sekedar menata lampu, menghidupkan, dan mematikannya.
1.
Mempelajari Naskah
Naskah adalah bahan dasar ekspresi artistik suatu pementasan. Semua kreativitas yang dihasilkan mengacu pada adegan
yang dipilih. Tidak hanya sutradara dan aktor yang perlu mempelajari naskah.
Penata cahaya pun perlu mempelajari naskah. Berbeda dengan aktor yang berkutat
pada karakter tokoh peran, penata cahaya mempelajari adegan/lakon untuk
menangkap maksud lakon serta mempelajari detil latar waktu, dan tempat kejadian
peristiwa.
Mempelajari tempat kejadian peristiwa akan memberikan gambaran pada penata
cahaya tempat cerita berlangsung, suasana dan piranti yang digunakan. Mungkin ada piranti yang menghasilkan
cahaya seperti obor, lilin, lampu belajar, dan lain sebagainya yang digunakan
dalam cerita tersebut. Ini semua menjadi catatan penata cahaya. Setiap
sumber cahaya menghasilkan warna dan efek cahaya yang berbeda yang pada
akhirnya akan memberikan gambaran suasana.
Tempat berlangsungnya cerita juga memberikan gambaran cahaya. Peristiwa
yang terjadi di dalam ruang memiliki pencahaayaan yang berbeda dengan di luar
ruang. Jika dihubungkan dengan waktu kejadian maka gambaran detil cahaya secara
keseluruhan akan didapatkan. Jika perstiwa terjadi di luar ruang pada siang
hari berbeda dengan sore hari. Persitiwa yang terjadi di luar ruang memerlukan
pencahayaan yang bebeda antara di sebuah taman kota dan di teras sebuah rumah.
Semua hal yang berkaitan dengan ruang dan waktu harus menjadi catatan penata
cahaya.
2.
Diskusi Dengan Sutradara
Penata cahaya perlu meluangkan waktu khusus untuk berdiskusi dengan
sutradara. Setelah mempelajari naskah dan mendapatkan gambaran keseluruhan
kejadian peristiwa lakon, penata cahaya
perlu mengetahui interpretasi dan keinginan sutradara mengenai lakon yang
hendak dimainkan tersebut. Mungkin sutradara menghendaki penonjolan pada
adegan tertentu atau bahkan menghendaki efek khusus dalam persitiwa tertentu.
Catatan penata cahaya yang didapatkan setelah mempelajari naskah digabungkan
dengan catatan dari sutradara sehingga gambaran keseluruhan pencahayaan yang
diperlukan didapatkan.
3.
Mempelajari Desain Tata Busana
Berdiskusi dengan penata busana lebih khusus adalah untuk menyesuaikan
warna dan bahan yang digunakan dalam tata busana. Seperti yang telah disebut di
atas, bahan-bahan tertentu dapat menghasilkan refleksi tertentu serta warna
tertentu dapat memantulkan warna cahaya atau menyerapnya. Untuk menghindari
hal-hal yang tidak dinginkan maka kerjasama antara penata cahaya dan penata
busana perlu dijalin.
Hal ini juga berkaitan juga dengan catatan sutradara. Misalnya, dalam satu peristiwa sutradara
menghendaki cahaya berwarna kehijauan untuk menyimbolkan sebuah mimpi, penata
busana juga membuat baju berwarna hijau untuk menegaskan suasana tersebut.
Penata cahaya bisa memberikan saran penggunaan warna hijau pada busana karena
warna hijau cahaya jika mengenai warna hijau tertentu pada busana bisa saling
meniadakan. Artinya, warna hijau yang ingin ditampilkan justru hilang. Untuk
itu, diskusi dan saling mempelajari desain perlu dilakukan.
4.
Mempelajari Desain Tata Panggung
Diskusi dengan penata panggung sangat diperlukan karena tugas tata cahaya
selain menyinari aktor dan area juga menyediakan cahaya khusus untuk set dan
properti yang ada di panggung. Selain bahan dan warna, penataan dekor di atas
pentas penting untuk dipelajari. Jika
desain tata panggung memperlihatkan sebuah konstruksi maka tata cahaya harus
membantu memberikan dimensi pada konstruksi tersebut. Jika desain tata panggung
menampilkan bangunan arsitektural gaya tertentu maka tata cahaya harus mampu
membantu menampilkan keistemewaan gaya arstitektur yang ditampilkan.
Penyinaran pada set dekor tidak hanya berlaku untuk set
dekor saja tetapi juga berlaku untuk lingkungan sekitarnya. Misalnya, di atas panggung menampakkan sebuah ruang yang
di bagian belakangnya ada jendela. Ketika jendela itu dibuka dan lampu ruangan
tersebut dinyalakan maka pendar cahaya dalam ruangan harus sampai ke luar
ruangan melalui jendela tersebut. Tugas tata cahaya adalah menyajikan efek
sinar lampu ruangan yang menerobos ke luar ruangan. Intinya, setiap detil efek
cahaya yang dihasilkan berkaitan dengan tata panggung harus diperhitungkan.
Semua harus nampak logis bagi mata penonton.
5.
Memeriksa Panggung dan Perlengkapan
Memeriksa panggung dan perlengkapan adalah tugas berikutnya bagi penata
cahaya. Dengan mempelajari ukuran panggung maka akan diketahui luas area yang
perlu disinari. Penempatan baris bar lampu menentukan sudut pengambilan cahaya
yang akan ditetapkan. Ketersediaan lampu yang ada dipanggung juga menentukan
peletakkan lampu berdasar kepentingan penyinaran berkaitan dengan karakter dan
kemampuan teknis lampu tersebut. Semua kelengkapan pernak-pernik yang ada di
panggung harus diperiksa.
Ketersediaan peralatan seperti, tangga, tali, pengerek, rantai pengaman
lampu, sabuk pengaman, sekrup, obeng, gunting, dan perlatan kecil lainnya harus
diperiksa. Ketersediaan lampu baik jumlah, jenis, dan kekuatan dayanya harus
dicatat. Asesoris yang dibutuhkan untuk lampu seperti; filter warna, kelem,
pengait, barndoor, stand, iris, gobo, dan asesoris lain yang ada juga harus
diperiksa. Ketersediaan dimmer dan kontrol serta kelistrikan yang menjadi
sumber daya utama juga harus diteliti.
Semua yang ada di panggung yang berkaitan dengan kerja tata cahaya dicatat.
Berikutnya adalah kalkulasi keperluan tata cahaya berdasar capaian artistik
yang dinginkan dan dibandingkan dengan ketersediaan perlengkapan yang ada.
Dengan mempelajari panggung dan segala perlengkapan yang disediakan penata
cahaya akan menemukan kekurangan atau problem yang perlu diatasi. Misalnya,
penataan boom pada panggung kurang sesuai dengan sudut pengambilan lampu
samping untuk menyinari set dekor. Oleh karena itu diperlukan stand tambahan.
Lampu yang tersedia masih kurang mencukupi untuk menerangi beberapa bagian
arsitektur tata panggung, untuk itu diperlukan lampu tambahan.
Semua problem yang ditemui dan solusi yang bisa dilakukan kemudian dicatat
dan diajukan ke sutradara atau tim produksi. Jika tim produksi tidak bisa
menyediakan kelengkapan yang diperlukan maka penata cahaya harus mengoptimalkan
ketersediaan perlengkapan tata cahaya yang ada. Misalnya, dengan menerapkan
prinsip penerangan area dan memanfaat beberapa lampu sisa yang ada untuk efek
tertentu.
6.
Menghadiri Latihan
Untuk mendapatkan gambaran lengkap dari situasi masing¬masing adegan yang
diinginkan penata cahaya wajib mendatangi sesi latihan aktor. Selain untuk memahami suasana adegan,
penata cahaya juga mencatat hal-hal khusus yang menjadi fokus adegan. Hal
ini sangat
penting bagi penata cahaya untuk merencanakan perpindahan cahaya dari
adegan satu ke adegan lain. Perpindahan cahaya yang halus membuat penonton
tidak sadar digiring ke suasana yang berbeda. Hasilnya, efek dramatis yang akan
ditampilkan oleh cerita jadi semakin mengena.
Sesi latihan dengan aktor akan memberikan gambaran detil setiap pergerakan
aktor di atas pentas. Setelah mencatat hal-hal yang berkaitan dengan suasana
adegan maka proses pergerakan dan posisi aktor di atas pentas perlu
diperhatikan. Penyinaran berdasar area memang memberi penerangan pada seluruh
area permainan tetapi tidak pada aktor secara khsusus. Dalam satu adegan
tertentu mungkin saja aktor berada di luar jangkauan optimal lingkaran sinar
cahaya. Oleh karena itu, aktor yang berdiri atau berpose pada area tertentu
memerlukan pencahayaan tersendiri. Hal ini berlaku juga untuk tata panggung pada saat latihan teknik dijalankan.
Penata cahaya perlu mendapatkan gambaran riil letak set dekor dan seluruh
perabot di atas pentas. Dengan demikian, detil pencahayaan pada set dan perabot
bisa dirancang dan diperhitungkan dengan baik.
7.
Membuat Konsep
Setelah mendapatkan keseluruhan gambaran dan pemahaman penata cahaya mulai
membuat konsep pencahayaan. Konsep ini hanya berupa gambaran dasar penata
cahaya terhadap lakon dan pencahayaan yang akan diterapkan untuk mendukung lakon
tersebut. Warna, intensitas, dan makna cahaya dituangkan oleh penata cahaya
pada konsepnya. Tidak hanya penggambaran suasana yang dituangkan tetapi bisa
saja simbol-simbol tertentu yang hendak disampaikan untuk mendukung makna
adegan. Misalnya, dalam satu adegan di
ruang tamu ada gambar besar seorang pejuang yang dipasang di dinding. Untuk
memberi kesan bahwa pemiliki rumah sangat mengagumi tokoh tersebut maka gambar
diberi pencahayaan khusus. Juga dalam setiap perubahan dan perjalanan
adegan konsep pencahayaan digambarkan. Konsep bisa ditulis atau ditambahi
dengan gambar rencana dasar. Intinya, komsep ini membicarakan gagasan
pencahayaan lakon yang akan dimainkan menurut penata cahaya. Selanjutnya konsep
didiskusikan dengan sutradara untuk mendapatkan kesesuaian dengan rencana
artistik secara keseluruhan.
8.
Plot Tata Cahaya
Konsep yang sudah jadi dan disepakati selanjutnya dijabarkan secara teknis
pertama kali dalam bentuk plot tata cahaya. Plot ini akan memberikan gambaran
laku tata cahaya mulai dari awal sampai akhir pertunjukan. Seperti halnya
sebuah sinopsis cerita, perjalanan tata cahaya ditgambarkan dengan jelas
termasuk efek cahaya yang akan ditampilkan dalam adegan demi adegan. Plot ini
juga merupakan cue atau penanda hidup matinya cahaya pada area tertentu dalam
adegan tertentu. Dengan membuat plot maka penata cahaya bisa memperhitungkan
jenis lampu serta warna cahaya yang dibutuhkan, memperkirakan lamanya waktu
penyinaran area atau aksi tertentu,
merencanakan pemindahan aliran cahaya, dan suasana yang dikehendaki.
Gambar di atas menjelaskan plot tata cahaya pada adegan satu cerita Menanti
Pagi. Kolom “Hal” menjelaskan adegan tersebut terjadi pada naskah di halaman
tertentu. Kolom “Aksi” menjelaskan kejadian peristiwa atau adegan. Kolom “cue” menjelaskan
tanda perubahan cahaya yang harus dilakukan. Kolom “waktu” menjelaskan lamanya
waktu adegan dengan cahaya tertentu. Kolom ”cahaya” menjelaskan hasil
pencahayaan yang akan dicapai. Dengan membaca plot tersebut dapat diketahui
bahwa cerita yang akan ditampilkan bernuansa horror di mana pada malam yang
diterangi sinar bulan Anton dan Amir sedang duduk berbincang di kursi. Pintu
tiba-tiba terbuka, kemudian tertutup dan lampu ruangan mati. Amir dan Anton
lari keluar. Dari sekilas gambaran adegan tersebut dapat diketahui lampu yang
akan digunakan dan efek cahaya yang dihasilkan. Setiap perubahan pencahayaan
menjadi catatan dan bisa dijadikan cue. Dalam gambar dijelaskan ada empat cue
perubahan.
Pada saat adegan dimulai, lampu sudah dipreset sehingga tingal dinaikkan
intensitasnya. Cue perubahan tata cahaya pertama adalah ketika Anton dan Amir
masuk ke ruangan, duduk di kursi dan menyalakan lampu yang ada di dekat kursi.
Efek cahaya dari lampu yang dinyalakan
ini menjadi penanda perubahan. Cue perubahan kedua terjadi ketika pintu terbuka
dan efek cahaya bulan masuk melalui pintu. Demikian seterusnya sampai adegan
tersebut berakhir dan lampu panggung dipadamkan (black out).
9.
Gambar Desain Tata Cahaya
Untuk memberikan gambaran teknis yang lebih jelas, perlu digambarkan tata
letak lampu. Berdasar pada plot tata cahaya yang dibuat maka rencana penataan
lampu bisa digambarkan. Semua jenis dan ukuran lampu yang akan digunakan
digambarkan tata letaknya. Sebelum menggambarkan tata letak lampu perlu
diketahui dulu simbol-simbol lampu. Simbol gambar lampu mengelami perkembangan.
Hal ini berkaitan dengan jenis lampu yang tersedia dan umum digunakan. Gambar
di bawah memperlihatkan simbol-simbol lampu yang biasa digunakan.
Gb.271 Simbol-simbol lampu
Banyak sekali
jenis dan ukuran lampu yang dikeluarkan oleh pabrikan. Masing-masing perusahan
memiliki gambar simbol yang berbeda menyangkut bentuk luar lampu produksinya.
Dulu, perusahaan Strand mengeluarkan lampu yang diproduksi dan diberi kode
“pattern” disingkat “patt” dan nomor serinya. Jadi ada lampu dengan kode patt
23, patt 247, patt 123, dan lain sebagainya. Untuk mengethui jenis dan ukuran
lampu harus mengingat patt dan nomornya. Cukup menyulitkan. Selain itu, lampu
pada zaman ini memiliki bentuk yang berbeda dengan lampu sekarang sehingga
ketika digambarkan simbolnya berbeda. Sekarang, meskipun bentuk lampu berbeda
tetapi gambar simbolnya lebih mudah untuk diingat karena masing-masing jenis
lampu memiliki kemiripan gambar. Penulisannyapun tidak lagi menggunakan “patt”
tetapi langsung ke jenis lampu beserta besaran wattnya, misalnya fresnel 500
watt, ERS 1 KW, dan lain sebagainya. Gambar simbol lampu dalam.
Gb.272 Contoh desain tata letak lampu
Selanjutnya, gambar tata lampu dibuat dengan menggunakan simbol lampu
seperti tersebut di atas. Gambar pada tahap ini belum bisa menyertakan channel dimmer yang akan
digunakan oleh masing-masing lampu. Gambar tata lampu lebih menitikberatkan
pada peletakan dan pengarahan jenis lampu yang akan dipasang. Meskipun belum
menyertakan channel dimmer, gambar desain tata letak lampu yang dibuat bisa
dijadikan panduan pencahayaan. Dari
gambar di atas dapat dibaca, baris bar yang digunakan adalah FOH, Bar 1, 2, 3,
dan bar siklorama. FOH singkatan dari Front Of House adalah istilah untuk
menyebut baris lampu yang ditata di atas penonton. Cyc singkatan dari cyclorama
(siklorama) baris lampu paling belakang untuk menyinari layar. Nomor pada lampu
hanya berfungsi untuk menghitung jumlah lampu yang dipasang pada masing-masing
bar. Jenis lampu yang digunakan dapat dibaca dari gambar simbolnya.
10.
Penataan dan Percobaan
Setelah memiliki gambar desain tata cahaya maka kerja berikutnya adalah
memasang dan mengatur lampu sesuai desain. Proses pemasangan membutuhkan waktu
yang lumayan lama terutama untuk penyesuaian dengan channel dimmer dan control
desk. Satu channel bisa digunakan untuk lebih dari satu lampu. Setiap lampu
yang telah dipasang dalam cahnnel tertentu coba dinyalakan dan diarahkan sesuai
dengan area yang akan disinari. Pengaturan lampu ke channel dimmer atau control
desk diusahakan agar mudah dalam pengoperasian. Artinya, jarak lever satu ke
lever lain diusahakan berdekatan bagi lampu yang hendak dinyalakan secara
bersamaan tanpa preset. Pengaturan sudut pengambilan juga memerlukan
ketelitian. Di sinilah fungsi menghadiri latihan dengan aktor diterapkan.
Segala catatan pergerakan laku dan posisi aktor di atas pentas dapat dijadikan
acuan untuk menentukan
Gb.273 Desain tata cahaya
Setelah semua lampu dipasang dan diarahkan kemudian dicoba dengan mengikuti
plot tata cahaya dari awal sampai akhir. Hal ini untuk mengetahui intensitas
maksimal yang diperlukan, kesesuaian warna cahaya yang dihasilkan serta
kemudahan operasional pergantian cahaya dari adegan satu ke adegan lain. Penata
cahaya mencatat semuanya dengan seksama sehingga ketika tahap ini selesai
didapatkan gambaran lengkap tata cahaya. Gambar tata cahaya sudah bisa
dilengkapi dengan channel dimmer atau nomor di control desk (Gb.273) sehingga
tabel lampu yang terpasang pada masing-masing bar bisa dituliskan dengan
lengkap pula.
Tabel 5. Tabel tata cahaya
11.
Pementasan
Tahap terakhir adalah pementasan. Seluruh kerja tata lampu dibuktikan pada
saat malam pementasan. Kegagalan yang terjadi meskipun sedikit akan
mempengaruhi hasil seluruh pertunjukan. Oleh karena itu, kecermatan dan
ketelitian kerja penata cahaya sangat diperlukan. Penting untuk memeriksa
semuanya sebelum jam pertunjukan dilangsungkan. Jika terdapati kesalahan teknis
tertentu masih ada waktu untuk memperbaikinya. Semua sangat tergantung dari
kesiapan tata cahaya karena tanpa cahaya pertunjukan tidak akan bisa
disaksikan.
Banyak sih materi'a, tapi gambar'a ko pada ga ada sebagian ia.. :)
BalasHapusTapi Terima kasih atas info'a... (Y)
thanks,,,
BalasHapuslengkap,, tapi lebih lengkapnya lagi gambarnya di kasih,,.. :)
BalasHapusada yang tahu teknik tata cahaya dan karakter cahaya dari masing-masing lampu serta fungsinya?
BalasHapusmATERINYA SIIP.Benar benar bisa jadi tambahan materi Tata Cahay yang komplit dan pas
BalasHapusTrima kasih ya Sist...
materi nya bagus .. tapi gambarnya kurang
BalasHapusGambarnya kok nggak muncul semua ya.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusGambarnya gak ada semua kenapa ya
BalasHapuskeren...tapi background sama warna font tidak kontras
BalasHapus